PATOLOGI SISTEM
REPRODUKSI HEWAN
Drh. I Ketut Eli Supartika, M.Sc., APVet
Balai Besar Veteriner Denpasar
Jl Raya Sesetan No. 266, Denpasar,
Bali
Pendahuluan
Sistem reproduksi sangat penting artinya bagi kelanjutan generasi hewan. Penyebab
gangguan sistem reproduksi pada hewan sangat komplek (virus, bakteri, jamur,
protozoa, tumor, hormonal, nutrisi, dll). Untuk itu penanganan kasus kegagalan
reproduksi pada hewan mesti ditangani secara menyeluruh dari berbagai aspek
baik aspek epidemiologi penyakit, gejala klinis, patologi dan didukung oleh hasil pemeriksaan laboratorium.
Pada tulisan ini dibahas secara ringkas gambaran patologi (Patologi Anatomi
dan Histopatologi) sistem reproduksi hewan yang sering dijumpai pada
kasus-kasus di lapangan untuk memudahkan diagnosa penyakit yang terkait dengan
sistem reproduksi hewan
A. Patologi reproduksi hewan betina.
Alat kelamin primer : ovarium (membentuk ova dan hormon)
Alat kelamin skunder ( oviduk, uterus, servik, vagina, vulva)
1. Ovarium dan salpinx.
Radang pada ovarium (ovariitis) dan salpinx (salpingitis) disebabkan
oleh kuman yang bersirkulasi secara
hematogen dan juga infeksi ikutan dari radang peritonium.
Kista ovari sering ditemukan pada sapi dan kuda. Kebanyakan kista ini
bersifat kongenital dan juga akibat defisiensi nutrisi. Tangkai kista dapat
membelit kolon sehingga dapat menimbulkan kolik. Di lain pihak, kista folikel
yang menetap dapat menimbulkan nimfomania (perpanjangan estrus)
misalnya pada sapi dan anjing. Kista semacam ini dapat menimbulkan pyometra.
Salpingitis penting artinya bagi reproduksi hewan betina. Sebab salpingitis
dapat mengakibatkan lumen oviduk tertutup sehingga ovum tidak sampai di uterus
yang dapat mengakibatkan majir. Disamping itu eksudat radang pada salpinx dapat
membunuh spermatozoa.
Berdasarkan jenis eksudatnya, salpingitis dapat dibedakan menjadi: salpingitis
kataralis yang disebabkan oleh kuman stapilococcus dan streptococcus
dan salpingitis
purulenta (pyosalpinx) yang disebabkan oleh kuman pyogenes (pembentuk
nanah). Gambaran patologi lain yang dijumpai pada salpinx adalah: hidrosalpinx
yaitu kista yang terbentuk di dalam salpinx yang berisi cairan bening.
2. Uterus.
Torsio uteri: uterus terpuntir. Penyebabnya adalah penggantung
uterus tidak kuat atau akibat isi lambung/usus yang berlebihan. Gambaran
patologi anatomi yang dijumpai pada
torsio uteri adalah: terjadingan pembendungan/kongesti uterus yang sangat jelas
terlihat. Mukosa uterus berwarna merah kehitaman dan membengkak. Bagian yang
terpuntir sangat anemik. Bagian serosa juga berwarna merah kehitaman.
Ruptur uteri: penyebabnya adalah adanya kontraksi uterus yang
sangat hebat, faktor mekanik, dan juga akibat distokia. Gambaran patologi
anatomi ruptur uteri adalah: daerah serosa uterus terlihat suram kelabu
kekuningan. Lumen uterus ditutupi oleh masa yang berwarna putih.
Metrorrhagia (perdarahan di dalam uterus). Penyebabnya adalah
lesi traumatik pada saat hewan melahirkan.
Radang uterus.
Radang uterus dapat dibagi menjadi 4 bagian sesuai dengan lokasi lesi
yaitu:
1. Endometritis
: bila radang dijumpai pada lamina mukosa sampai ke lamina propria.
2. Metritis:
bila radang uterus meluas sampai ke lamina muskularis.
3. Perimetritis:
bila radang dijumpai pada bagian serosa dan subserosa uterus.
4. Parametritis : radang yang melibatkan uterus
dan jaringan sekitarnya, terutama penggantung uterus.
Penyebab radang uterus dapat berupa kuman-kuman yang berasal dari bagian
lain alat reproduksi (vagina, kandung kemih, dll), kuman komensal yang
ditemukan di dalam uterus seperti: Streptococcus
sp, kuman-kuman pyogenes. Perubahan hormonal, misalnya saat hewan birahi
juga dapat menimbulkan peradangan pada uterus. Faktor mekanik sesudah beranak
juga bisa menyebabkan radang uterus.
Gambaran patologi anatomi yang dapat diamati pada radang uterus adalah:
uterus membengkak, selaput lendirnya berwarna kemerahan dan berisi eksudat.
Sedangkan pada pengamatan mikroskopik (histopatologi) sel-sel radang dapat
ditemukan pada lamina propria mukosa. Pada radang yang bersifat akut sela
radang utamanya adalah sel-sel limfositik, sel plasma dan histiosit.
Diagnosa endometritis pada hewan yang masih hidup dapat dilakukan dengan
pemeriksaan biopsi mukosa uterus secara : histopatologi dan bakteriologi.
3. Pyometra.
Yakni tertimbunnya nanah di dalam uterus yang disebabkan oleh flora normal
yang hidup di uterus menjadi patogen akibat pengaruh hormonal. Pyometra sering
dijumpai pada sapi dan anjing.
Gambaran patologi anatomi yang dijumpai pada kasus pyometra adalah: uterus
terlihat menbengkak berisi banyak nanah pada mukosanya (tidak berbau), selaput
lendir uterus sangat kasar karena terjadi hiperplasia pada lamina mukosa
uterus. Secara histopatologi epitel mukosa uterus mengalami erosi, didalam
mukosa banyak diinfiltrasi oleh sel-sel neutrofil dan limfosit.
Pyometra dapat menyebabkan kematian akibat infeksi sekunder dan juga
askibat intoksikasi atau septisemia yang berasal dari uterus.
4. Tumor pada uterus.
Jarang ditemukan. Kadang-kadang ditemukan karsinoma pada dinding uterus.
5. Vagina dan vulva.
Kelainan-kelainan yang sering ditemukan pada vagina dan vulva adalah
vaginitis yang disebabkan oleh berbagai hal antara lain:
1. Traumatik
sata partus. Nekrosis akibat luka
traumatik dapat menimbulkan radang yang meluas ke daerah sekitarnya bahkan dapat
menimbulkan peritonitis. Hewan dapat mati karena mengalami peritonitis akibat
resorpsi dari toksin.
2.
Vaginitis juga dapat disebabkan oleh kuman-kuman seperti: Brucella sp, Vibrio foetus, Trichomonas
fetus.
Tumor pada vagina dan vulva.
Tumor yang sering dijumpai pada vagina dan vulva terutama pada anjing
adalah venereal sarcoma. Tumor ini menyerang semua jenis ras anjing yang
biasanya dijumpai pada anjing-anjing yang sudah dewasa. Tumor bersifat soliter
atau multiple seperti bunga kol berupa nodul dengan ukuran kecil sampai
beberapa cm yang dijumpai pada bagian posterior vagina. Secara histopatologi
dijumpai sel-sel tumor berupa sel-sel limfositik berbentuk ovoid, polihedral.
Bentuk dan ukuran sel sama (uniform). Tumor membentuk stroma. Gambaran mitosis
sering dijumpai.
B. Patologi reproduksi hewan jantan.
1. Skrotum (kulit pembungkus testis)
Kulit skrotum lebih tipis dibandingkan dengan kulit tubuh lainnya. Radang
pada skrotum (Dermatitis skrotalis) sering disebabkan oleh: Dermathopilus congolensis, jamur dan
ektoparasit (eg. Chorioptes sp)
Tunika vaginalis merupakan lapisan dalam dari skrotum. Radang tunika
vaginalis merupakan ikutan dari penyakit TBC, limfadenitis kaseosa, juga dapat
disebabkan oleh penyakit Bruselosis, Trypanosomiasis (Surra), periorchitis dan
epididimitis.
2. Penis dan prepusium.
Kastrasi yang terlalu dini dapat menyebabkan hipoplasia pada penis dan
prepusium. Radang pada glands penis (balanitis),
prepusium (postthitis), penis dan
prepusium (balanoposthitis).
Penyebab balanoposthitis.
1. Herpes virus
2. Corynebacterium renale
3. Haemophilus sunnus
4. Fungi/Clamidia
5. Protozoa
Infectious Bovine
Rhinotracheitis-Infectious Pustular Vulvovaginitis (IBR-IPV)/Herpes virus.
Gambaran patologi anatomi: penis dan prepusium terlihat membengkak, edema,
akumulasi nanah berwarna putih kebiruan. Glands penis mengalami erosi dan
ulserasi. Secara histopatologi: dijumpai nekrosis epitel disertai infiltrasi
sel-sel neutrofil dan limfosit pada daerah radang.
Ulserativ posthitis.
Penyebabnya adalah akibat ekskresi urine yang kaya dengan kandungan urea
disertai dengan infeksi kuman Corynebacterium
renale. Secara makroskopik (PA) daerah radang terlihat berwarna kekuningan.
Epidermis mengalami nekrosis disertai ulserasi. Pada infeksi skunder, prepusium
nampak membengkak berisi urine dan nanah.
3. Tumor pada penis dan prepusium.
1. Fibropapilloma
pada sapi: menyerang glands penis sapi yang berumur antara 1-2 tahun. Tumor
berbentuk multiple dengan diameter beberapa cm serta berwarna pink. Secara
histopatologi gamabran mitosis sangat jelas terlihat.
2. Squamus
cell papilloma pada kuda: Tumor jinak. Daerah tumor mengalami keratinisasi.
Sel tumor kebanyakan berupa sel-sel limfoplasmasitik.
3. Venereal
sarcoma pada anjing: tumor dijumpai pada bagian prepusium, bersifat
multiple atau single dengan diameter beberapa cm. Secara histopatologi sel-sel
tumor bentuknya polyhedral, uniform, dengan gambaran mitosis yang sangat jelas.
4. Testes.
Hipoplasia testes :
Dapat menimbulkan kemajiran. Salah satu testes atau keduanya lebih kecil
dari normal dan terasa lebih keras. Tergantung pada derjata hipoplasianya,
hewan yang mengalami hipoplasia testes masih dapat menurunkan keturunan
walaupun vertilitasnya kurang.
Secara histopatologi hipoplasia testes dapat mengakibatkan terganggunya
tubuli semeniferi, aspermatogenesis sehingga sperma tidak terbentuk. Tubuli
semeniferi dilapisi oleh beberpa lapisan epitel lembaga.
Cryptorchyd:
Yaitu tidak turunnya testes ke rongga skrotum. Penyebabnya faktor keturunan.
Bisa bersifat unilateral atau bilateral. Kebanyakan kasus bersifat unilateral.
Kejadian cryptochyd berkisar antara 1-10%. Tempat terjadinya cryptorchyd
mungkin di kanalis inguinalis atau subkutan pada cincin inguinalis eksternal.
Secara patologi anatomi testes nampak kecil, konsistensinya keras. Secara
histopatologi ditemukan adanya fibrosis dan hipoplasia pada tunika albugenia.
Orchitis:
Yaitu radang pada testes. Secara umum disebabkan oleh: Streptococcus sp, Spatphylococcus
sp, Corynebacterium pyogenes, E. Coli.
Dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Orchitis interstisialis : gambaran PA
tidak jelas, namun secara histopatologi terlihat adanya infiltrasi sel-sel
limfosit pada buluh semeniferi, tubulus rekti dan duktus efferensia.
2. Orchitis intertubuler :
gambaran PA tidak jelas. Gambaran histopatologinya adalah terlihat adanya reaaksi
granulomatosa dengan infiltrasi sel-sel neutrofil, limfosit dan sel-sel datia
pada tubuli semeniferi. Sel Sartoli mengalami hiperplasia dan kalsifikasi.
3. Orchitis nekrotikan. Penyebabnya adalah
infeksi penyakit Brusellosis, traumatik, iskemia. Periorchitis yang bersifat
kronis dapat menimbulkan gangguan suplai darah sehingga terjadi nekrosis.
Secara histopatologi dijumpai adanya nekrosis koagulatif yang dibatasi oleh
sel-sel fibroblas (fibrosis) dengan infiltrasi sel-sel limfosit.
DAFTAR PUSTAKA.
Acland, H. M. (1995). Reproduction System: Female; Male. In: Thomson’s
Special Veterinary Pathology. 2nd Ed. Mosby-Year Book, Inc. 11830
Westline Industrial Drive. St. Louis, Missouri 63146. NY. pp. 512- 560.
Jubb, K.V.F., Kennedy, P.C and Palmer, N. (1985). Pathology of Domestic
Animals. 3rd Ed. Vol. 3. Academic Press, Inc.1250 Sixth Avenue, San
Diego, California 92101. pp. 306-459.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar