Kamis, 24 Juli 2014

MANAJEMEN REPRODUKSI BABI

TUGAS MANAJEMEN DAN PENYAKIT BABI

MANAJEMEN REPRODUKSI BABI



 



  

Oleh:
Agatha Serena L. Tobing        NIM: 1209005066
RA. C. Noorputri                    NIM: 1209005067
Saruedi Simamora                   NIM: 1209005068
Bianca Violanda Junus            NIM: 1209005069
I Made Wira Diana Putra        NIM: 1209005085





DENPASAR
2014




KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaian makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun judul makalah ini berjudul Manajemen Reproduksi Babi.  Penulis membahas tentang manajemen reproduksi babi yang meliputi pubertas, estrus, perkawinan, kebuntingan,kelahiran, laktasi dan efisiensi reproduksi.
Penulis menyadari bahwa paper ini belum sempurna, namun penulis merasa gembira dan bangga apabila tulisan ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca dan dengan kerendahan hati penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan paper ini.  Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.



Denpasar,   April 2014

  
Penulis




DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.. ii
DAFTAR ISI. iii
BAB I PENDAHULUAN.. 1
1.1        Latar Belakang. 1
1.2        Rumusan Masalah. 1
1.3        Tujuan. 2
1.4       Manfaat. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. 3
2.1.       Pubertas. 3
2.2.       Siklus Birahi (Estrus). 5
2.3.       Perkawinan. 9
2.4.       Kebuntingan dan Kelahiran. 11
2.5.       Laktasi 22
BAB III PENUTUP.. 24
3.1.       Kesimpulan. 24
DAFTAR PUSTAKA.. 25




BAB I

PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang

Peternakan Babi  di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Perkembangan peternakan khususnya ternak babi ke arah peternakan komersial sudah ditata sejak puluhan tahun yang lalu, bahkan pada saat ini peternakan Babi di Indonesia sudah banyak yang bersekala industri. Perkembangan ini tentu saja harus diimbangi dengan pengelolaan yang profesional dan disertai dengan tata laksana yang baik.
Tanpa pengelolaan dan tata laksana yang baik, produksi ternak yang akan dihasilkan tidak akan sesuai dengan harapan, bahkan peternak bisa mengalami kerugian. Sehingga di harapkan Peternak atau segenap pelaku usaha di bidang peternakan haruslah mengelola dengan baik Sapta peternakan khususnya, karena Sapta peternakan merupakan landasan kita untuk mengembangkan dunia peternakan. Sapta peternakan itu meliputi : bibit, pakan, kandang, pencegahan penyakit, reproduksi, pemasaran dan pasca panen. Manajemen Reproduksi babi merupakan suatu pola pemeliharaan yang harus dilakukan oleh peternak, meliputi pubertas, siklus birahi(estrus), perkawinan, kebuntingan, kelahiran, dan masa laktasi serta efisiensi reproduksi.

1.2              Rumusan Masalah

1)      Bagaimana manejemen reproduksi babi pada saat pubertas?
2)      Bagaimana manejemen reproduksi babi pada saat estrus?
3)      Bagaimana manejemen reproduksi babi pada saat perkawinan?
4)      Bagaimana manejemen reproduksi babi pada saat kebuntingan?
5)      Bagaimana manejemen reproduksi babi pada saat kelahiran?
6)      Bagaimana manejemen reproduksi babi pada saat laktasi?
7)      Bagaimana manejemen reproduksi babi pada saat efisiensi reproduksi?

1.3              Tujuan

1                1)      Untuk mengetahui manajemen pubertas
2                2)      Untuk mengetahui manajemen estrus
3                3)      Untuk mengetahui manajemen perkawinan
4                4)      Untuk mengetahui manajemen kebuntingan
5                5)      Untuk mengetahui manajemen kelahiran
6                6)      Untuk mengetahui manajemen laktasi
7                7)      Untuk mengetahui manajemen efisiensi reproduksi

1.4       Manfaat

Makalah ini bermanfaat untuk menambah referensi bacaan bagi mahasiswa Kedokteran Hewan dan khalayak umum yang menempuh bidang peternakan.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pubertas

Pubertas adalah periode saat organ-organ reproduksi babi pertama kali berfungsi dan menghasilkan telur atau sperma dewasa.  Umur saat pubertas dicapai berlainan antara bangsa-bangsa ternak dan juga antara anak babi yang kelahirannya sama.  Faktor-faktor hormonal yang berperan untuk merangsang pubertas pada babi jantan dan babi betina belum banyak diketahui.  Organ utama yang mengontrol munculnya pubertas adalah kelenjar pituitary yang letaknya di dasar otak.  Kelenjar ini menghasilkan dua hormone, yaitu FSH dan LH yang merangsang testis dan ovarium.  FSH, LH dan Testosteron yang dihasilkan dalam testis adalah yang bertanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan dan pemasakan sel-sel sperma pada jantan.  Seekor babi jantan akan mencapai pubertas pada umur 5- 6 bulan meskipun tidak digunakan sampai mencapai umur 7- 8 bulan dan hanya sebagai pejantan serap. 
Hormon FSH mengakibatkan pertumbuhan dan pemasakan sel-sel telur yang banyak terpendam dalam ovarium.  Hormon LH merangsang pelepasan telur-telur dari folikel. Pubertas/birahi pada babi dara muncul pada umur  5-6  bulan dengan rata-rata bobot badan 70-110 kg akan tetapi tidak dikawinkan sebelum umur 8 bulan atau pada periode estrus/birahi  yang ketiga hal ini berguna untuk produksi anak yang lebih banyak dan lama hidup induk lebih panjang.  Agar diperoleh anak yang lebih banyak maka induk dikawinkan pada 12 – 24 jam setelah tanda estrus/birahi.  Estrus atau birahi pada induk babi adalah karena aktifitas dari hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium, kejadian ini terjadi selama 3 – 4 hari dengan perubahan tingkah laku seperti suka mengganggu pejantan, kegelisahan meningkat, menaiki betina lainnya dan nafsu makan menurun serta mengeluarkan suara yang khas, kalau ditekan atau diduduki punggungnya diam saja, vulva yang membengkak dan memerah serta lendir keruh dan mengental muncul, bila tanda tanda ini terlihat berarti babi betina tersebut siap kawin.  Dalam praktek dengan dua kali perkawinan yaitu 12 dan 24 jam setelah tanda estrus dimulai supaya ovum banyak dibuahi dan jumlah anak (litter size tinggi). 
Berbagai faktor berpengaruh terhadap munculnya pubertas pada babi betina.
1.      Faktor Genetis
Babi betina Landrace mencapai pubertas lebih dini daripada babi betina Hampshire,   Yorkshire dan Duroc, yang diamati dari banyaknya yang birahi pada umur 6 bulan.  Babi betina hasil persilangan juga mencapai pubertas yang lebih dini daripada babi betina murni.
2.      Faktor Makanan
Makanan yang baik pada saat pertumbuhan akan mempercepat terjadinya pubertas dan sebaliknya makanan yang kurang saat pertumbuhan akan memperlambat pubertas.
3.      Faktor Musim
Di Negara-negara subtropics babi betina lebih lama mencapai pubertas dibandingkan daerah musim panas dan mungkin hal ini disebabkan oleh kondisi klimat yang panas dan lembab.
4.      Faktor Cahaya
Babi betina yang dipelihara terkurung dengan kegelapan yang komplet memperpanjang umur pencapaian  pubertas. Babi betina yang dipilih untuk bibit seharusnya memperoleh cahaya 18 jam per hari, karena cahaya yang lebih banyak akan mempercepat terjadinya pubertas
5.      Faktor Perkandangan
Babi betina yang dipelihara terkurung lebih lambat mencapai pubertas dari pada yang dipelihara bebas. Babi betina yang dikandangkan atau ditambat individual juga menunda pubertas dan menekan tanda-tanda birahi.  Kebersihan dan kepadatan kandang juga menetukan terhadap kejadian pubertas.
6.      Pengaruh Pejantan
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa introduksi pejantan ke sekelompok babi betina yang sebelumnya tidak berkontak dengan pejantan, merangsang dan menyebabkan sebagian babi betina tersebut berahi pada umur 4 bulan

2.2. Siklus Birahi (Estrus)

Estrus yang dikenal dengan istilah birahi yaitu suatu periode secara psikologis maupun fisiologis pada hewan betina yang bersedia menerima pejantan untuk kopulasi. Siklus estrus dibagi menjadi beberapa fase yang dapat dibedakan dengan jelas yang disebut proestrus, estrus, metestrus dan diestrus (Frandson, 1996).
Estrus merupakan periode seksual yang sangat jelas yang disebabkan oleh tingginya level estradiol, folikel de Graaf membesar dan menjadi matang, uterus berkontraksi dan ovum mengalami perubahan kearah pematangan. Metestrus adalah periode dimana korpus luteum bertambah cepat dari sel-sel graulose folikel yang telah pecah dibawah pengaruh Luteinizing hormone (LH) dari adenohyphophysa. Diestrus adalah periode terlama dalam siklus estrus dimana korpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesterone terhadap saluran reproduksi menjadi nyata. Diestrus adalah periode dimana folikel de Graaf bertumbuh dibawah pengaruh follicle stimulating hormone (FSH) dan menghasilkan sejumlah estradiol bertambah.
Siklus birahi pada setiap hewan berbeda antara satu sama lain tergantung dari bangsa, umur, dan spesies (Partodiharjo, 1992). Interval antara timbulnya satu periode berahi ke permulaan periode berikutnya disebut sebagai suatu siklus berahi. Siklus berahi pada dasarnya dibagi menjadi 4 fase atau periode yaitu ; proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus (Marawali, dkk., 2001; Sonjaya, 2005). Berikut ini adalah keadaan korpus luteum dan folikel pada ovarium sapi selama siklus estrus.

Proestrus
Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode pada saat folikel de graaf tumbuh di bawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol yang semakin bertambah (Marawali, dkk, 2001). Estradiol meningkatkan jumlah suplai darah ke saluran alat kelamin dan meningkatkan perkembangan estrus, vagina, tuba fallopi, folikel ovarium (Toelihere, 1985).
Fase yang pertama kali dari siklus estrus ini dianggap sebagai fase penumpukan atau pemantapan dimana folikel ovarium yang berisi ovum membesar terutama karena meningkatnya cairan folikel yang berisi cairan estrogenik. Estrogen yang diserap dari folikel ke dalam aliran darah merangsang peningkatam vaskularisasi dan pertumbuhan sel genital dalam persiapan untuk birahi dan kebuntingan yang terjadi (Frandson, 1992).
Pada fase ini akan terlihat perubahan pada alat kelamin luar dan terjadi perubahan-perubahan tingkah laku dimana hewan betina gelisah dan sering mengeluarkan suara-suara yang tidak biasa terdengar (Partodiharjo, 1980).

Estrus
Estrus adalah periode yang ditandai dengan penerimaan pejantan oleh hewan betina untuk berkopulasi. Pada umumnya memperlihatkan tanda-tanda gelisah, nafsu makan turun atau hilang sama sekali, menghampiri pejantan dan tidak lari bila pejantan menungganginya. Menurut Frandson (1992), fase estrus ditandai dengan sapi yang berusaha dinaiki oleh sapi pejantan, keluarnya cairan bening dari vulva dan peningkatan sirkulasi sehingga tampak merah. Pada saat itu, keseimbangan hormon hipofisa bergeser dari FSH ke LH yang mengakibatkan peningkatan LH, hormon ini akan membantu terjadinya ovulasi dan pembentukan korpus luteum yang terlihat pada masa sesudah estrus. Proses ovulasi akan diulang kembali secara teratur setiap jangka waktu yang tetap yaitu satu siklus birahi. Pengamatan birahi pada ternak sebaiknya dilakukan dua kali, yaitu pagi dan sore sehingga adanya birahi dapat teramati dan tidak terlewatkan (Salisbury dan Vandenmark, 1978).

Metestrus
Metestrus ditandai dengan berhentinya puncak estrus dan bekas folikel setelah ovulasi mengecil dan berhentinya pengeluaran lendir (Salisbury dan Vandenmark, 1978). Selama metestrus, rongga yang ditinggalkan oleh pemecahan folikel mulai terisi dengan darah. Darah membentuk struktur yang disebut korpus hemoragikum. Setelah sekitar 5 hari, korpus hemoragikum mulai berubah menjadi jaringan luteal, menghasilkan korpus luteum atau Cl. Fase ini sebagian besar berada dibawah pengaruh progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum (Frandson, 1992). Progesteron menghambat sekeresi FSH oleh pituitari anterior sehingga menghambat pertumbuhan folikel ovarium dan mencegah terjadinya estrus. Pada masa ini terjadi ovulasi, kurang lebih 10-12 jam sesudah estrus, kira-kira 24 sampai 48 jam sesudah birahi.
Diestrus
Diestrus adalah periode terakhir dan terlama pada siklus berahi, korpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap saluran reproduksi menjadi nyata (Marawali, dkk, 2001).

Ovulasi
Proses ovulasi dapat didefinisikan terlemparnya cairan folikel serta ovum ke rongga peritoneal disekitar inpendibullum oviduk atau tuba uterin. Kebanyakan hewan mamalia, ovulasi sangat berkaitan dengan birahi (estrus) karena absorbsi sejumlah besar estrogen ke dalam aliran darah terjadi sesaat sebelum ovulasi (Frandson, 1996).
Menurut Toelihere (1993) ovulasi didefinisikan sebagai pelepasan ovum dari folikel de Graaf dan secara umum dikenal bahwa ovulasi disimulir oleh LH, tetapi mekanisme yang sebenarnya tidak diketahui, mungkin LH menyebabkan pengendoran dinding folikel sehingga lapisan-lapisan pecah dan melepaskan ovum dan cairan folikel.
Apabila tidak terjadi fertilisasi, korpus luteum berregresi yang disebut korpus albican. Korpus albican ini dimulai regresi 14-15 hari sesudah estrus. Namun jika terjadi fertilisasi lalu kebuntingan korpus luteum akan terus bertahan selama kebuntingan sebagai korpus luteum kebuntingan yanga menghasilkan hormon progesteron untuk mempertahankan kebuntingan (Toelihere, 1993).

 Fisiologi Reproduksi Pada Babi Betina
Babi adalah ternak mamalia yang menghasilkan anak dalam jumlah besar sekaligus dengan interval generasi yang lebih singkat dari pada domba, sapi, kerbau atau kuda. Sifat-sifat tersebut membuat babi sebagai jenis ternak dengan potensi reproduksi yang tinggi untuk produksi ternak komersial (Toelihere, 1993).
Pubertas adalah periode saat organ-organ reproduksi babi pertama kali berfungsi dan menghasilkan telur atau sperma dewasa. Umur saat pubertas dicapai berlainan antara bangsa-bangsa ternak dan juga antara anak babi sekelahiran (Sihombing, 1997). Pubertas terjadi sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut dari folikel-folikel dan pembentukan hormon-hormon ovarial oleh folikel yang matang.
Seekor babi betina mencapai pubertas pada umur 5-8 bulan dan umur rata-rata yang dianjurkan untuk perkawinan pertama adalah 8-10 bulan (Toelihere, 1993). Babi betina yang berahi memperlihatkan suatu respon diam atau sikap kawin yang jelas apabila ditekan punggungnya oleh pejantan. Respon ini sangat bermanfaat dalam deteksi bukan saja permulaan birahi tetapi juga tingkatan birahi karena suatu sikap yang lebih tenang dan kaku diperlihatkan selama pertengahan periode berahi (Toelihere, 1993).
Siklus etrus berlangsung kira-kira 21 hari dan estrus sendiri berlangsung selama 3-5 hari (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Ada empat fase yang jelas dalam siklus berahi babi yaitu:
1.      Proestrus : terjadi sebelum estrus dan terjadi selama 3-4 hari
2.      Estrus : berlangsung selama 2-3 hari dan pada periode tersebut betina memiliki seksual reseptif terhadap pejantan. Periode ini biasanya lebih pendek pada babi dara dibandingkan babi induk. Pada saat estrus akan terjadi ovulasi.
3.      Metestrus: terjadi setelah ovulasi, corpus luteum terbentuk dalam setiap folikel yang pecah dalam waktu 6-8 hari.
4.      Diestrus: adalah waktu inaktivitas yang pendek yang ditandai oleh penghancuran corpus luteum setelah 14 hari dari puncak berahi. Dalam 3-4 hari serombongan folikel baru mulai berkembang dan siklus tadi akan terulang sendiri.
5.      Siklus estrus pada babi
6.      Birahi pada babi berlangsung 2 sampai 3 hari dengan variasi antara 1 sampai 4 hari. suatu batasan yang nyata antara permulaan dan akhir estrus sulit ditentukan karena estrus adalah suatu fenomena yang berlangsung gradual.
7.      Babi betina yang birahi memperlihatkan suatu respon diam atau sikap kawin yang jelas apabila ditekan punggungnya baik oleh pejantan, oleh betina lain atau penunggu ternak. Respon ini sangat bermanfaat dalam deteksi bukan saja permulaan birahi tetapi juga tingkatan birahi karena suatu sikap yang lebih tenang dan kaku diperlihatkan selama pertengahan periode birahi.
8.      Ovulasi terjadi selama estrus pada babi betina dan sebagian besar ova dilepaskan 38 sampai 42 jam sesudah permulaan estrus. Lama proses ovulasi adalah 3,8 jam. Ovulasi terjadi kira-kira 4 jam lebih cepat pada betina yang sudah dikawinkan dibandingkan dengan pada betina yang belum kawin.
9.      Siklus birahi pada babi mencapai 19 sampai 23 hari, rata-rata 21 hari, dan relatif konstan. Estrus terjadi sepanjang tahun. Corpora lutea bertumbuh sempurna dalam waktu 6-8 hari dan, kalau hewan tidak bunting, beregresi kembali pada hari ke 14 sampai ke-16 siklus birahi.

2.3. Perkawinan

Hanya pada saat-saat birahi saja, babi mau menerima pejantan atau dapat dikawinkan. Tanpa timbul birahi, babi tidak dapat dipaksakan kawin. Oleh karena itu peternak secara cepat mengetahui masa birahinya. Rata-rata interval tiap sesi proses yang mempengaruhi fertilisasi babi adalah sebagai berikut:
a)      Umur saat pubertas   : 4-7 (bulan) rata-rata 6 (bulan)
b)      Lama birahi               : 1-5 (hari) rata-rata 2-3 (hari)
c)      Panjang siklus birahi : 18-24 (hari) rata-rata 21 (hari)
Untuk mengetahui saat birahi seekor babi secara tepat, kita perlu mengetahui tanda-tanda birahi. Tanda-tanda birahi yang dapat ditemukan pada seekor babi adalah sebagai berikut :
a)      Babi nampak gelisah dan berteriak-teriak
b)      Kemaluan bengkak, pada vulva nampak merah, bagi babi induk yang sudah sering beranak biasanya tak begitu nampak merah
c)      Selalu mencoba menaiki temannya, atau ingin keluar dari kandang
d)     Bila punggung diberi beban atau diduduki diam saja.
e)      Dari kemaluan sering keluar lendir.
Menurut penelitian, ovulasi dimulai dengan terlepasnya sel telur dari indung telur 30-35 jam atau hari kedua setelah gejalah birahi terlihat. Sedang sel jantan (sperma) yang ada didalam vagina cervix akan saling bertemu pada saluran telur (oviduc) bagian atas dekat ovarium.
Didalam alat reproduksi betina, sperma dapat hidup 24-48 jam. Dan untuk mencapai oviduc memerlukan waktu 4-6 jam. Akan tetapi perlu diketahui bahwa ada sperma yang hidupnya lebih pendek, kurang dari 24 jam setelah terjadi ovulasi dan tidak semua sel telur bisa dibuahi. Jumlah sel telur bisa 12-16, yang masak bersama-sama dan bisa dibuahi. Akan tetapi sering juga sampai 20 buah: sebaliknya, juga tidak jarang hanya 3 atau 4 buah.
Kita mengawinkan babi harus betul-betul tepat pada waktunya, yakni babi dikawinkan pada hari kedua setelah nampak birahi. Terkecuali babi dara (gilt) bisa dikawinkan pada hari pertama dari masa birahi. Karena birahnya babi dara lebih pendek dibanding babi-babi yang pernah beranak. Apabila babi yang sedang birahi itu tidak dikawinkan, birahi akan terulang kembali pada 18 – 24 hari, atau rata-rata 3 minggu (21 hari)
 Khususnya untuk babi dara diperlukan perlakuan khusus. Babi mulai baliq pada umur 5-6 bulan, sudah birahi tapi sebaiknya jangan dikawinkan dulu, karena kedewasaan tubuh baru tercapai pada umur 8-10 bulan dengan berat badan + 100-120 kg.Untuk mencapai konsepsi (pembuahan) yang tinggi hendaknya, babi itu dikawinkan 2 kali selama masa birahi. Babi yang baru dikawinkan hendaknya ditempatkan tepisah dari babi-babi lain, selama 2 hari, diberikan makanan yang baik dan ditempatkan dilingkungan tenang.
Untuk induk yang pernah beranak yang akan dikawinkan kembali, sebelumnya dilakukan penyapian terlebih dahulu. Induk yang habis menyapih pada umumnya akan birahi lagi 3-10 hari. Biasanya babi yang baru menyapi akan kurus, maka sebaiknya perkawinan ditunda dulu sampai babi gemuk dan sehat kembali.
Untuk mengawinkan babi bisa dilakukan dua sistem yakni:
1.      Perkawinan Alam
Pada umumnya perkawinan bisa berlangsung selama 10 – 15 menit. Babi betina yang birahi dimasukkan dalam kandang pejantan, bisa dikawinkan sampai dua kali untuk mendapatkan hasil yang optimal. Betina yang kecil dan jantan yang besar bisa dibantu dengan membuat kandang secara khusus. Perbandingan jantan dan betina : jantan usia 1 tahun adalah 1jantan : 15-20 betina; umur jantan setahun keatas adalah 1 jantan : 30 betina.
2.      Perkawinan buatan = Artificial Insimination (AI) = Insiminasi buatan (IB)
Perkawinan ini adalah memasukkan serma kedalam kelamin betina dengan tindakan manusia.
Keuntungan AI atau IB antara lain dapat memanfaatkan seekor pejantan bisa diperbesar. Perkawinan bisa dilakukan diantara hewan yang tempatnya berjauhan, misalnya babi Indenesia dengan Autralia atu Belanda. Dengan IB, tidaklah setiap peternak memelihara pejantan sendiri sehingga bisa hemat biaya. Pemacek yang karena sesuatu hal, misalnya pejantan terlalu besar, pincang, dst sulit dilakukan, dengan IB dapat dikerjakan.
Sedangkan kelemahan IB yaitu tidak semua inseminator mempunyai pengalaman yang cukup, sehingga hasil kurang terjamin. Kemungkinan akan terbawanya bagian penyakit senantiasa ada, karena pelaksanaannya yang ceroboh. Menyebarkan keturunan yang jelek. Misalnya karena sperma diambil tanpa memilih pejantan yang bagus. Terlalu banya babi yang memiliki keturunan yang sama (inbreed)

2.4. Kebuntingan dan Kelahiran

1.      Pemeliharaan Induk Bunting Awal
Segera setelah babi dara (calon induk) atau induk dikawinkan secara tepat, perlu dilakukan pengecekan setiap 20-21 hari selama dua kali berturut-turut untuk memastikan kebuntingan sudah terjadi, yaitu tidak memperlihatkan tanda-tanda estrus. Hari kebuntingan dihitung saat babi dikawinkan, dan hari partus 115 hari kemudian. Bila setelah dikawinkan masih ada tanda estrus, berarti kebuntingan belum terjadi dan induk harus dikawinkan ulang. Sampai tanda estrus tidak nampak setelah kawin ulang, maka tanggal kawin ulang tersebut ditetapkan sebagai hari awal kebuntingan dan partus ditetapkan 115 hari berikutnya.
Jika keadaan memungkinkan, setelah babi dara atau induk positif bunting, maka pemeliharaannya harus terpisah dari induk kering/babi dara lainnya yaitu pada kandang khusus induk bunting. Hal ini dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti perkelahian dan sebagainya. Sampai 2,5 bulan pertama tidak ada hal-hal istimewa yang perlu dilakukan dalam menangani induk bunting awal ini. Makanan diberi dalam jumlah biasa, yaitu 2,5 kg/ekor/hari.

2.      Pemeliharaan pada akhir kebuntingan
Sebulan sebelum tanggal penetapan kelahiran disebut sebagai masa kebuntingan akhir. Jika memungkinkan, persiapkan kandang khusus untuk partus. Pada akhir kebuntingan ini, induk tidak dicampur dengan induk kering atau status lainnya. Kandang harus cukup ruangan untuk induk berjalan-jalan (exercise) guna memperlancar peredaran darah saat proses kelahiran. Induk dan kandang harus selalu bersih. Seminggu sebelum partus, induk diperkenalkan dengan kandang beranak. Hal ini perlu untuk induk beradaptasi dengan lingkungan kandang yang baru. Sebelum dimasuki induk untuk beranak, kandang didesinfeksi; dan induk dimandikan,yakni dibersihkan dengan sabun dan air hangat.
Tujuan memelihara induk yaitu menghasilkan dan membesarkan anak-anaknya sampai saat penyapihan. Semakin efisien tugas induk semakin besar profit suatu usaha peternakan babi. Profit di dalam usaha peternakan babi secara sederhana diukur dengan rumus: profit = output – input cost (hasil penjualan dikurangi biaya produksi). Bila lama laktasi 6 minggu, maka hitungan siklus melahirkan induk adalah 365 : 163  = 2,23 kali/tahun. 

            3.      Pemberian makan induk bunting
Keinginan memberikan makan induk babi sebanyak mungkin agar menghasilkan air susu sebanyak mungkin, mempertahankan kondisi tubuh jumlah besar anak-anak tetap  berat. Agar supaya induk babi dapat menghasilkan panas sekitarnya dan mencegah untuk bergerak maka tempatkan induk babi tersebut dalam luasan kandang terbatas sehingga akan memudahkan juga penggunakan kandang sapihan. Penggunaan panas kandang dengan lampu rumah yang sulit bagi sebagian masyarakat akan memberikan pengaruh pada induk babi. Pembuktian cara alternatif yang ekonomis dan lebih efisien dan jauh lebih maju harus terus dilakukan.
Jumlah konsumsi induk babi tergantung pada suhu lingkungan. Suhu kandang yang ideal untuk induk babi bunting adalah antara 64-68° F, tetapi yang ideal untuk anak babi pada 102°F. Perbedaan ini merupakan kesulitan utama. Untuk setiap peningkatan 2° F suhu lingkungan di atas 68° F, induk babi akan mengurangi jumlah konsumsi 0,5 kg pakan per hari. Setelah periode penyapihan, penting memberikan pakan induk hingga terus meningkat pada hari ke-10 masa laktasi. Tetapi pemberian makanan berlebihan bagi induk bunting, akan membuat nafsu makannya menurun. Peningkatan gizi harus mencerminkan peningkatan volume produksi air susu induk.
Proses kelahiran (partus) merupakan salah satu faktor paling kritis dalam keseluruhan proses produksi ternak babi, dalam hubungan dengan kesejahteraan induk babi dan anak-anaknya. Berbagai hal dapat terjadi yang dapat menyebabkan kematian atau setidaknya menurunkan efisiensi pemeliharaan induk dan anak-anaknya. Oleh sebab itu penting sekali untuk menghasilkan suatu kelahiran normal, dan mengetahui secara dini bila ada kelainan supaya dapat diambil tindakan secepatnya.

            4.      Proses beranak (farrowing process)
Pernahkah terpikir bahwa saat anak babi lahir, maka sistem produksi induk akan terpengaruh? Proses kelahiran anak babi merupakan perubahan drastis suhu yang konstan 103° F menjadi 36° F. Dari suhu hangat tubuh induk anak babi akan keluar berpindah melalui leher rahim menuju ke suatu tempat dengan kondisi dalam keadaan basah serta dingin berangin. Anak babi keluar dan terjatuh ke tempat di tengah-tengah alas kering yang sebagian merupakan tumpukan kotoran babi.
Hal seperti ini sering terjadi tetapi sebagian besar anak-anak babi mampu bertahan. Tetapi, apabila terjadi stress dalam proses kelahiran atau tidak berjalan baik, maka akan berpengaruh negatif pada potensi produktivitas babi. Jika hal itu terjadi pada proses beranak (partus), dapat mengakibatkan anak babi tidak bertumbuh dengan baik sehinga tidak mencapai berat ideal saat pemotongan.
Karena laju pertumbuhan berkurang, rendah pula konversi pakan menjadi daging selama proses pertumbuhan anak babi. Dari sudut ekonomi, masih lebih baik anak babi mati pada saat masih kecil, dianggap sebagai risiko kerugian pada tahap awal. Sementara itu induk dapat menyusui mereka yang selamat untuk mendapatkan pengganti energi cadangannya yang rendah. Induk akan mendapatkan sumber panas tubuh dari putingnya sehingga dapat melanjutkan produktivitasnya.
Pada proses partus, ada persyaratan unik yang harus diperhatikan bagi anak babi. Setiap individu harus dirawat tersendiri agar dapat mengurangi stress yang dialaminya. Idealnya anak-anak babi harus dikeringkan pada saat lahir, dan dimasukkan ke dalam iklim mikro pada 102 °F, dan disusui segera setelah induknya siap. Pada umumnya proses partus terjadi pada malam hari tanpa pengawasan, kecuali kalau ada perlakuan  prostaglandin untuk mengatur waktu partus.
Tubuh anak babi memiliki luas permukaan yang relatif sangat besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga dengan cepat akan kehilangan panas dan cadangan energi, maka kebutuhan panas dalam keadaan kering sangat penting. Setelah selesai proses partus, persyaratan lingkungan anak babi dapat disiapkan dengan menyediakan tempat beriklim mikro yang sesuai. Tempat itu harus dekat dengan induknya, tapi masih melindungi anak dari tindihan induk babi (crushing), dan meminimalisasi pengaruh panas induk babi. Tempat tersebut disebut kandang sapihan (brooder) yang harus mudah dikontrol.

             5.      Proses partus induk babi
Tanda-tanda induk akan memasuki periode partus adalah setelah gangguan bergerak teratasi, induk mulai terlihat duduk dan mencoba membuat sarang untuk persiapan partus meskipun tidak tersedia material baginya. Selanjutnya peternak akan mengarahkan induk babi ke kandang tempat beranak, suhu tubuhnya meningkat, dan mulai terlihat tanda kesakitan. Kontraksi datang cepat, dan terlihat mulai ganas karena rasa sakitnya. Setelah mengalami kelelahan beberapa jam, induk tua dapat mengatur kondisi otot yang baik sebelum proses partus. Jika beranak dengan jumlah ’litter size’ 13 dalam selang waktu 20 menit per kelahiran, maka akan memakan waktu rata-rata 260 menit atau 4 jam lebih.
Apabila kondisinya lemah, induk akan cepat menjadi lelah sehingga proses pengeluaran foetus lebih lama, yang akan mengakibatkan anak babi mati lemas, dan hasilnya lahir mati. Anak babi yang lain akan kekurangan oksigen (anoxia) dan akan cacat permanen walaupun dapat bertahan hidup. Karena aktivitas otot dan sumber panas punggungnya, induk babi pun menjadi rentan terhadap panas yang disebabkan kelelahan, sehingga akan melahirkan anak-anak babi yang sudah mati.

             6.      Pemberian makanan pada induk menyusui
Setelah beranak atau proses partus sampai beberapa hari, nafsu makan induk babi pun menurun. Karena itu perlu pemberian air minum yang banyak. Setelah 3 hari, ransum makanan induk diberikan agar produktivitas air susu induk sesuai dengan jumlah anak.

             7.      Pemeliharaan anak-anak babi yang baru lahir
Tiga hari pertama setelah beranak merupakan masa kritis, sebab anak babi sangat peka terhadap berbagai bahaya. Tanpa bulu-bulu yang cukup untuk melindungi tubuhnya, anak-anak babi sangat peka terhadap udara dingin. Kemungkinan terinjak atau terhimpit oleh induk, atau kelaparan bila produksi susu induk jelek sehingga anak kekurangan gizi dan lemah.
Perhatikan baik-baik anak-anak babi ini bila menjerit lapar. Perhatikan dan periksa puting susu atau ambing induknya: bila terasa sangat panas atau sangat dingin, segera panggil dokter hewan untuk dibedah. Setelah 3 hari pertama masa kritis berlalu, anak-anak babi akan menjadi lebih baik. Pada masa setelah kelahiran (post farrowing), adalah penting mengarahkan anak-anak babi sampai ke ambing supaya mendapatkan konsumsi kolostrum.
Ternak muda memiliki kemampuan untuk menyerap antibodi secara langsung ke dalam aliran darah untuk beberapa jam pertama setelah lahir. Kemampuan tersebut kemudian akan berkurang karena penambahan usia, dan terutama setelah cairan pertama tertelan. Oleh karena itu penting bahwa semua anak-anak babi harus dapat menyusui kolostrum yang kaya antibodi.
Dalam kandang besar, praktik perlakuan yang baik adalah mengumpulkan anak babi yang pertama lahir, dan membatasi mereka di daerah ‘creep feeder’ supaya akses ke ambing anak-anak babi yang lahir kemudian tidak terhalang.

  


 8.      Pemeliharaan Anak Babi
a.       Pemotongan Taring dan Ekor
Anak babi yang baru lahir mempunyai gigi yang tajam yang dapat menimbulkan rasa sakit pada puting induk saat menyusu. Ujung gigi ‘canin’ dan ‘pre molar’ ini harus dihilangkan dengan menggunakan gunting yang tajam (pinset gigi).
Dalam proses perkembangan selanjutnya, juga sering dilakukan pemotongan terhadap ekor anak babi. Ekor anak babi akan cukup merugikan dalam proses perkembangan dan pertumbuhannya. Beberapa hal merugikan apabila ekor ternak babi dibiarkan, yaitu mudah terjadi perkelahian atau gigitan antarternak pada ekor; hal lainnya ekor juga akan menyebabkan ternak babi turut mengibaskan kotoran ke tempat makan atau ke sesama ternak dalam kandang.
Pemotongan taring dan ekor dilakukan pada saat masih anak babi agar mudah dilaksanakan dan mengurangi resiko terlalu banyak pendarahan, tetapi harus dilakukan secara steril dan higienis untuk menghindari serta mengurangi terjadinya infeksi penyakit yang sangat mudah menyerang anak babi. Operator pemotongan taring dan ekor sebaiknya sangat memperhatikan kemungkinan adanya anak babi yang sakit agar tidak ditempatkan bersama-sama dengan ternak yang sehat.
b.      Penyuntikan Ferrum
Zat besi di dalam tubuh anak babi sangat terbatas, padahal zat itu sangat esensial untuk pembentukan hemoglobin, yaitu pigmen dalam sel darah merah yang bertanggung jawab membawa oksigen ke seluruh tubuh. Defisiensi zat besi ini menyebabkan anemia, yaitu suatu penyakit yang lazim terjadi pada anak-anak babi yang dipelihara dalam kandang. Kadar zat besi di dalam air susu induk sangat sedikit, karena itu sangat perlu menambahkan zat besi pada anak babi yang baru lahir. Penambahan ini dapat diberikan melalui oral atau dengan injeksi.
c.       Penimbangan pada umur 3 minggu
Sangat dianjurkan menimbang anak babi sebab hal ini menjadi indikator tentang kemampuan induk mensuplai air susu, karena berat anak babi (litter) pada umur 3 minggu semata-mata tergantung pada penampilan induk babi akan kemampuannya menghasilkan dan memberi makan anak-anaknya.


 


9.       Pemeliharaan Masa Penyapihan
a.       Penyapihan
Penyapihan ternak atau hewan adalah suatu periode transisi dari hewan mamalia muda, dari ketergantungan gizi dan sosial secara menyeluruh terhadap induknya, menjadi bebas dari ketergantungan pada induknya. Proses penyapihan pada umumnya sulit dan lambat. Dalam periode tersebut hewan/ternak muda mulai menunjukkan perilaku dewasa dalam memenuhi kebutuhan berbeda seturut umurnya.
Umur anak babi bebas/tidak tergantung pada induknya dapat tercapai dalam kondisi alamiah, tergantung pada interaksi yang rumit antara kepentingan sepihak sang induk dan anak babi muda (off spring).
Optimalisasi untuk menyelesaikan proses penyapihan, dari sudut pandang induk, akan berbeda ketika induk telah berinvestasi cukup pada babi muda dalam memaksimalkan peluang berkembang biak mereka sesuai dengan peningkatan usia hidup, diiringi dengan konsistensinya untuk mempertahankan tingkat energi yang cukup tinggi agar mereka berhasil dalam berkembang biak. Ternak muda biasanya memiliki ketergantungan yang lebih pada induknya untuk bertahan lebih lama memenuhi kebutuhan mereka yang tinggi dari induk supaya mendapatkan pertumbuhan yang optimal.
Untuk menentukan akhir proses penyapihan perlu memperhatikan keseimbangan antara berbagai faktor, seperti kondisi gizi induk, kemungkinan berkembang biak lagi, kondisi gizi ternak muda, dan jumlah perawatan yang masih disediakan oleh induk secara alami setelah penyapihan.
Untuk dapat melahirkan dua kali setahun, maka induk babi harus menjaga anaknya paling lambat pada umur 2 bulan (8 minggu). Tetapi dengan kemajuan teknologi dalam kandang dan manajemen, maka tak perlu menunggu sampai 8 minggu. Banyak peternak melakukan penyapihan pada umur 5 minggu (berat badan <13 kg).
Di negara maju seperti USA, bahan-bahan pakan yang tinggi protein, seperti dadih (whey kering), yaitu bahan hasil sisa pembuatan keju, dan susu skim kering tidak diijinkan sebagai ransum babi starter (anak babi). Karena itu, penyapihan dilaksanakan tidak lebih awal dari umur 28 hari. Karena baru setelah umur tersebut, sistem pencernaan anak babi sudah mampu mencerna secara efektif makanan yang berbasis butiran, seperti sereal gandum, dan tidak berefek buruk bagi kesehatan dan penampilan produksi ternak babi, maka para ahli menyarankan agar penyapihan dilakukakan pada usia >35 hari.
Dalam proses penyapihan, cara yang baik dilakukan adalah induk dipisahkan dari anak (induk keluar dari kandang beranak) dan bukan sebaliknya. Hal ini berarti bahwa anak-anak babi tetap dalam lingkungan kelompok yang sama sehingga mengurangi stress pada anak babi. Pemeliharaan anak babi yang disapih bertujuan untuk keuntungan potensial masa depan. Penyapihan dan pemeliharaan yang tepat akan menjamin kerja dan eksistensi masa depan usaha peternakan. Memelihara dengan baik akan menjadi permulaan yang baik dan sangat penting bagi masa depan kinerja dan profitabilitas usaha.
  
b.      Proses penyapihan
Penyapihan adalah masa pemeliharaan yang sangat traumatis bagi anak babi. Peternak akan mengganti atau memindahkan sumber utama makanan dan air dari kandang dan mengelompokkan anak-anak babi keluar dari induknya. Di banyak peternakan, kelompok anak babi akan digabungkan dengan sejumlah besar ternak babi lain; dipindahkan dengan memasukkan mereka ke dalam gerobak atau trailer, atau lebih buruk lagi dengan angkutan tanpa pelindung, dan dibawa dan dipindahkan ke kandang yang baru. Ada yang tetap dalam kandang mereka, tetapi yang lain dipindahkan dan dicampuradukkan dengan ternak babi lain yang lebih besar dan berbeda jenis, yang mana per kandang (pen) dapat bervariasi jumlah anak babinya, dari sepuluh hingga ratusan.




 c.       Tujuan utama penyapihan
Tujuan utama penyapihan adalah mendapatkan anak-anak babi yang baik dan mengkonsumsi pakan secepat mungkin. Anak-anak babi diberi makan secara ‘ad libitum’ dengan makanan hangat, steril,  dan bergizi tinggi untuk pengganti air susu induk babi. Makanan dan minuman yang memadai tersebut harus tersedia bagi semua anak babi supaya mereka makan dan minum bersama.
Air bersih harus tersedia secara bebas di tempat minum yang terbuka di kandang. Jika anak babi tidak minum maka ia akan berhenti makan dan mengalami dehidrasi sangat cepat. Dehidrasi adalah risiko terbesar pasca penyapihan. Harus selalu diperhatikan dengan sangat bahwa sistem pengairan bekerja dengan benar, dan tempat air pada jaringan pipa tangki harus bersih untuk ketersediaan air bersih dan segar. Apakah tidak tersedia sistem air minum dalam bentuk putting, maka sistem pemeliharaan air harus baik. Sistem ketersediaan air minum berada di sekitar kandang agar memudahkan anak babi sapihan mengakses air.
Dalam beberapa hari pertama, air segar dan makanan harus diberikan sesering mungkin dalam kandang (pen) anak babi sapihan. Sedikit tetapi sering adalah yang terbaik. Butiran (creep feed) tidak boleh disimpan dalam tempat tertutup atau kantung tertutup dalam gudang penyimpanan karena pakan tersebut akan menyerap bau dan menjadi cepat basi.
Jika terlalu banyak tersedia pakan segar bagi anak babi sapihan, maka akan banyak pakan yang terbuang–jika sudah mencapai lebih dari 10% maka itu–merupakan biaya pemborosan yang besar untuk usaha ternak babi.
Induk babi sering menyusui pada malam hari dan setelah itu anak babi akan mencari makanan. Karena itu disarankan kandang sapihan (brooder) perlu diberikan penerangan lampu supaya anak babi bisa bergerak di malam hari, dan untuk mempertahankan suhu tetap hangat di lingkungan kandang. Ternak babi memiliki penglihatan kurang pada malam hari. Pemberian makanan anak babi sapihan harus pada malam hari, diberi makan dan minum malam dan pagi hari esoknya.
Tempat makan harus selalu dalam keadaan bersih dari sisa makanan lama setiap pemberian makan. Tetapi sisa makanan ini dapat diberikan kepada babi lebih tua. Hal rutin yang berguna adalah menempatkan alas kayu solid atau nampan di lantai kandang untuk beberapa hari pertama sebagai tempat pakan butiran.

2.5. Laktasi

Proses pelepasan susu dipengaruhi oleh hormone dan mekanismenya adalah melalui stimulasi dari hipotalamus, oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior yang disekresikan ke dalam darah, akan menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel disekeliling alveoli dan saluran susu. Namun pelepasan oksitosin ini bisa dihambat oleh pelepasan adrenalin dan epineprin akibat terjadi ketakutan maupun kegelisahan dari hewan.  Adrenalin menyebabkan vasokontriksi sehingga suplai darah dan oksitosin akan berkurang didalam mamae (Toelihere, 1985).
Pada saat laktasi, produksi susu induk yang maksimal dicapai pada minggu ketiga dari masa laktasi, setelah itu akan menurun secara teratur.  Untuk mempertahankan laju pertumbuhan anak babi perlu diberikan pakan tambahan.   Pakan tambahan ini disebut Krip.
Manfaat krip ini adalah untuk :
1.      Manambah bobot badan anak babi saat disapih.
2.      Mempertahankan kondisi induk babi saat anaknya disapih.
3.      Memperkecil hambatan pertumbuhan anak babi lepas sapih.
Makanan krip awal yang diberikan berupa susu skim ataupun lemak tambahan, dengan sedikit bahan produk bukan susu seperti pati, sukrosa dan tambahan protein bukan susu berkualitas baik.

Mekanisme dan Hormon yang berpengaruh pada laktasi
Pertumbuhan dari kelenjar mamae dapat dipengaruhi oleh  beberapa hormone diantaranya adalah:
a.       Estrogen, hormone pertumbuhan dan kortisol, menyebabkan awal pertumbuhan dari sistem saluran.
b.      Progesteron : Menyebabkan pertumbuhan lebih lanjut dari sistem saluran atau duktus serta perkembangan alveolar.
c.       Prolaktin : Perkembangn alveoli, mulai sekresi susu dan mempertahankan laktasi (Toelihere, 1985).  Dalam merangsang laktasi prolaktin harus bekerjasama dengan hormone lain seperti Cortisol, GH, hormone tyroid, dan Insulin.
Laktasi terdiri dari dua fase yaitu sekresi susu dan pelepasan susu,
1.                  Sekresi susu terdiri dari:
a.       Sintesa penyusun susu dalam sel alveoli
b.      Pengangkutan secara intramuscular dari unsur-unsur pembentukan susu
c.       Pengeluaran penyusun susu dari sel ke dalam lumen alveoli.

2.                  Pelepasan susu terdiri dari:
a.       Pelepasan pasif susu dari penampung susu dan duktus besar
b.      Pancaran susu secara reflex dari alveoli (Tomaszewska, 1991).

 


BAB III

PENUTUP


3.1.  Kesimpulan

Manajemen Reproduksi babi merupakan suatu pola pemeliharaan yang harus dilakukan oleh peternak.  Adapun manajemen reproduksi tersebut meliputi pubertas sampai proses laktasi. Pubertas adalah periode saat organ-organ reproduksi babi pertama kali berfungsi dan menghasilkan telur atau sperma dewasa.  Faktor yang mempengaruhi pubertas adalah genetik, makanan, musim, cahaya, kandang, dan lingkungan. Setelah masa pubertas, babi betina mengalami 5 siklus estrus yang berlangsung selama 21 hari.  Babi betina hanya menerima pejantan pada masa birahi saja. Pada saat inilah terjadi perkawinan.  Lama perkawinan pada babi sekitar 10-20 menit.  Pada masa kebuntingan terjadi selama 114 hari, dan proses kelahiran pada babi 1-12 jam. Setelah proses kelahiran perlu diperhatikan apakah induk menyusui, hal ini harus diperhatikan karena pemberian air susu induk 24 jam pertama mengandung kolostrum yang bermanfaat bagi anak babi.




DAFTAR PUSTAKA


Frandson,R.D.1992.Anatomi dan Fisiology Ternak,edisi ke-4 diterjemahkan oleh Srigandono,B dan Praseno,K.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta
Frandson, R.D., 1996, Anatomi dan Fisiologi Ternak, Edisi ke-7, diterjemahkan oleh Srigandono, B dan Praseno, K, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.http://beternakcara.blogspot.com/2013/11/pubertas-pada-ternak-babi.html
Najibulloh, Muhamad. 2012. Pola dan Sistem Produksi pada Ternak. http://najibdhevie.blogspot.com/2012/12/pola-dan-sistem-produksi-pada-ternak.html. Diakses pada tanggal 3 Juni 2014.
Marawali, A., M.T. Hine, Burhanuddin, H.L.L. Belli. 2001. Dasar-dasar ilmu reproduksi ternak. Departemen pendidikan nasional direktorat pendidikan tinggi badan kerjasama perguruan tinggi negeri Indonesia timur. Jakarta.
Partodiaharjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta Lopez, H., L. D. Satter, and M. C. Wiltbank.2004. Relationship between level of milk production and estrous behavior of lactating dairy cows. Anim. Reprod. Sci. 89:209–223.
Sihombing D.T.H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.