Selasa, 24 Februari 2015

RESTRAIN DAN CASTING PADA SAPI

BEDAH VETERINER UMUM
RESTRAIN DAN CASTING PADA SAPI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Sapi merupakan salah satu ternak yang banyak dijumpai di Indonesia. Sapi dimanfaatkan masyarakat untuk diambil susu dan dagingnya. Hal ini membuat sapi sangat diperlukan untuk pemenuhan pangan masyarakat. Sehingga diperlukannya perhatian khusus untuk mengendel hewan ini.
Sapi merupakan salah satu hewan besar yang tenaganya diatas orang dewasa. Maka dari itu, sangat penting untuk dokter hewan mengetahui cara merestrain dan mengcasting hewan ini. Sehingga saat melakukan pemeriksaan atau operasi dokter hewan maupun sapi yang ditangani tidak mengalami cedera.

1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.      Apa yang dimaksud restrain dan casting?
1.2.2.      Apa fungsi dan tujuan dilakukannya restrain dan casting?
1.2.3.      Apa saja jenis restrain dan casting yang dapat digunakan pada sapi?

1.3.Tujuan
1.3.1.      Dapat mengetahui cara-cara melakukan restrain dan casting.
1.3.2.      Dapat melakukan restrain dan casting sejara benar dan tepat.
1.3.3.      Dapat memilih cara terbaik dalam menangani sapi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Restrain
Restrain adalah menghalangi gerak atau aksi dari hewan sapi sehingga dapat menghindari atau mengurangi bahaya untuk dokter hewan, asisten maupun sapi itu sendiri. Bahaya tersebut dapat berupa sepakan, desakan, injakan dari sapi pada waktu sapi akan diperiksa kesehatannya , dilakukan pemeriksaan, pengobatan, dioperasi, dibersihkan, maupun pada waktu akan diperah (bagi sapi perah).
Bahaya atau resiko untuk sapinya sendiri dapat berupa luka benturan karena sepakan yang mengenai dinding kandang yang tajam atau keras seperti paku, potongan kayu dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan luka memar atau tergores dan pendarahan sampai patah tulang.
Jenis dari restrain terdiri dari 3 tipe dasar, yaitu sebagai berikut ;
1.      Restrain Perilaku (Behavioral Restraining)
2.      Restrain Kimia (Chemical Restraining)
3.      Restrain Fisik (Physical Restraining)
Sebelum melakukan restrain pada sapi pertama yang dilakukan adalah inspeksi dari jarak jauh, perhatikan hewan maupun keadaan sekitarnya (hanya untuk pemeriksaan di tempat/ di kandang). Lakukan inspeksi dari segala arah. Bila hewan menunjukan sikap atau posisi abnormal, usahakan agar posisinya normal dan perhatikan apakah hewan mampu untuk berdiri pada posisi yang normal atau tidak.

2.1.1. Metode Restrain pada Sapi
Metode restrain ada bermacam-macam dan sangat tergantung pada cara penanganan yang baik adalah penanganan yang lembut tetapi tegas. Dalam melakukan restrain haruslah tenang, percaya pada kemampuan, tidak ragi-ragu, waspada, dan tidak sembarangan. Sebelum bertindak haruslah merencanakan metodenya serta menyiapkan peralatannya.
Restrain untuk mengalihkan perhatian sapi disini dilakukan tindakan atas perlakuan pada sapi sampai  menimbulkan rasa sakit yang bersifat sementara sehingga perhatian sapi mengarah pada rasa sakit tersebut dan selama itu tindakan pengobatan dan pemeriksaan dapat dilakukan.

·      Restrain Perilaku (Behavioral Restraining)
Perilaku tiap jenis sapi berbeda, sapi perah umumnya bersifat lebih tenang dan jinak dibanding dengan sapi potong (sapi bali) hal ini disebabkan karena sapi perah sering bertemu dengan manusia dan juga kontak dengan manusia secara langsung. Sementara sapi potong seperti sapi bali jarang bertemu dan berkontak langsung dengan manusia terkecuali petugas kandang pemiliknya yang menggembalakan.
Jarak perlu diperhatikan ketika akan merestrain sapi. Sapi mempertahankan diri atau membela dirinya dengan cara menggunakan kepala untuk menyundul, tanduk untuk menanduk, dan kaki untuk menendang. Temperamen sapi hanya dipengaruhi oleh faktor breed.
Bila sapi semasa pedet sering di restrain secara ramah semasa pedet akan bermanfaat dan berpengaruh di saat dewasa. Karena sapi juga biasanya mengingat pengalaman atau perlakuan yang buruk.
Sebagai dokter hewan, kita juga harus dapat mengerti dan dapat membaca temprament yang ditunjukan oleh sapi dengan menggunakan bahasa tubuh. Seperti bila sapi dalam posisi siaga, waspada, posisi telinga tegak bisa saja sapi mengalami ketakutan. Lalu bila sapi mulai mengangkat-angkat kaki belakang kemungkinan itu suatu peringatan bahwa sapi akan menendang.
Sapi tidak melihat, mendengar atau membau sebagaimana pada manusia. Matanya terletak disamping kepala, ini bisa membuat mereka mampu melihat sampai 3600. Sapi memiliki  penglihatan binokular untuk sudut yang kecil yaitu 25-50 derajat kedepannya sehingga mampu merasakan kedalaman, jarak, dan kecepatan.
Sedangkan mereka memiliki penglihatan monokular pada sampingnya yang hanya bisa mendeteksi pergerakan. Sapi sensitif untuk suara dengan frekuensi tinggi yang tidak bisa didengar manusia. Sapi juga memiliki pembauan yang lebih baik daripada manusia, oleh karena ini saat akan merestrain sapi sebaiknya dokter hewan di dampingi oleh pemilik sapi.
Sapi akan lebih tenang dan tidak beringas bila kepalanya dielus atau di usap lembut oleh pemiliknya. Sehingga dapat memudahkan dalam tahap pengobatan.
Arousal (penimbulan) adalah ukuran dari aktivitas sapi. Tidur adalah kondisi arousal yang sangat rendah, sedangkan ketika lari atau bertarung arousalnya sangat tinggi. Peningkatan arousal bisa terjadi karena lapar, aktivitas seksual, gaduh, ada anjing menyalak, dipukul, disakiti, dsb. Penurunan arousal terjadi karena kekeluargaan, lampu dim, suara dengan frekuensi rendah, pukulan, suara ritmis, musik, hening, dan orang yang familiar.

·      Restrain Kimia (Chemical Restraining)
Alpha-2 agonis adalah obat yang saat ini paling umum digunakan untuk menginduksi tranquilization dan/atau sedasi pada sapi. Xylazine, detomidine, medetomidine, dan romifidine adalah alpha-2 agonis. Dari jenis tersebut, xylazine saat ini paling sering digunakan di Amerika Serikat untuk memberikan sedasi pada sapi. Obat lain seperti Acepromazine, kloral hidrat, dan pentobarbital memiliki sejarah panjang digunakan dengan ternak dan terus menjadi tersedia secara komersial, namun, kepentingan obat-obat ini terbatas pada keadaan khusus.
Derajat sedasi atau pembatasan yang dihasilkan oleh xylazine tergantung pada rute injeksi, dosis yang diberikan, dan temperamen hewan. Dosis rendah (0,015-0,025 mg/kg IV atau IM) akan memberikan sedasi tanpa menyebabkan sapi rubuh/kehilangan keseimbangan. Dosis tinggi xylazine (0,1 mg / kg IV atau 0,2 mg / kg IM) akan memberikan efek hilangnya kesadaran atau teranestesi secara umum pada sapi selama kurang lebih satu jam. 
Detomidine diberikan pada 2,5-10,0 mg/kg IV pada sapi untuk memberikan sedasi berdiri sekitar 30 - 60 menit. Detomidine pada 40 mg/kg IV akan menghasilkan sedasi mendalam dan hilangnya kesadaran. Dosis tinggi detomidine (100 mg/kg) yang telah digunakan untuk melumpuhkan ternak liar. Medetomidine telah diberikan pada 30,0 mg/kg IM untuk menghasilkan hilangnya kesadaran  berlangsung 60-75 menit.
Kombinasi xylazine dan butorfanol telah digunakan pada sapi untuk memberikan neuroleptanalgesia. Dosis adalah 0,01 – 0,02 mg/kg IV masing-masing obat yang diberikan secara terpisah pada sapi. Durasi kerja adalah sekitar 1 jam. Kombinasi detomidine (0,07 mg/kg) dan butorphanol (0,04 mg/kg) juga telah digunakan untuk melumpuhkan mulai ternak liar.

·      Restrain Fisik (Physical Restraining)
1.    Restrain dengan menggunakan Kandang Jepit
Restrain ini menggunakan kandang jepit sebagai alat untuk merestrain, hal ini biasa dilakukan untuk palpasi rektal atau ekplorasi rektal pada sapi, kawin suntik atau IB dll.



2.    Restrain ekor (Tail Lift)
Restrain ini dilakukan bilamana perlu untuk mengalihkan perhatian sapi dari bagian lain tubuhnya dimana pekerjaan sedang dilakukan. Itu dapat digunakan saat memberikan injeksi ambing ke syaraf sapi. Jaga kedua tangan dekat dengan pangkal ekor sedapat mungkin. Berdiri disamping sapi untuk menghindari tendangan, dan lakukan mengangkat ekor dengan kekuatan. Itu harus lembut tetapi tegas.


3.    Restrain hidung
Teknik restrain kali ini biasa di kenal dengan tali ketuh atau tali telusuk. Caranya: angkat kepala hewan hampir tinggi dan tarik ke arah sisi yang berlawanan dengan tempat bekerja. Lakukan tekanan pada jembatan batas antara lubang hidung untuk menyebabkan sakit pada jaringan sensitif diantara lubang hidung.


4.        Restrain Kepala
Teknik restrain ini didesain untuk mengalihkan perhatian dari posisi menangkap dan menghindarkan dari tendangan dan membuat beberapa langkah khusus yang mungkin.



5.        Restrain Leher
Teknik restrain ini didesain untuk mengalihkan perhatian dari posisi menangkap. Sealain itu restrain ini bertujuan untuk menahan sapi agar tidak berlari kemana-mana saat akan diobati atau diperiksa.


6.        Restrain pada anak sapi (Pedet)


Raih seluruh punggung hewan dan tarik kaki pada samping terdekat dari luar. Pedet kemudian diturunkan kebawah pada lantai dengan berat melawan kaki. Sehingga jatuh ke tanah secara lembut. Jangan menjatuhkan anak sapi dengan menarik kakinya secara cepat dari bawah tubuhnya sehingga ia jatuh keras pada sampingnya. Pada hewan yang sangat muda, dengan cara ini mungkin bisa melukainya.


2.2. Casting
Casting adalah cara merebahkan hewan untuk tindakan medis dan pembedahan. Untuk casting pada sapi bisa menggunakan tali yang dililit kebagian ektremitas caudal dari arah punggung kemudian ke arah abdomen dan ditarik secara berlahan maka sapi akan rebah secara perlahan.
Casting pada sapi terdapat dua metode, yaitu Burley Rope dan Squeese methode. Sebelum melakukan casting pada sapi, alangkah baiknya bila memperhatikan pesyaratan sebagai berikut :
1.    Berhati-hati, jangan sampai melukai sapi.
2.    Tempat cukup lapang, rata, empuk, dan jauh dari pepohonan, tembok, batu/benda lain yang membahayakan. Alas dibuat dari jerami kering/rumputyang kering, usahakan di tempat yang teduh.
3.    Tali yang digunakan cukup besar dan panjang kurang lebih 10 m.
4.    Sediakan tenaga manusia 4-5 orang, satu untuk mengarahkan jatuhnya sapi, sedangkan yang lain sebagai penarik tali.
5.     Setelah sapi rebah, cepat dikuasai agar tidak berusaha berdiri kembali.
6.    Pada sapi bunting sebaiknya jangan dilakukan.

2.2.1. Burley Rope
Metode casting ini dirancang oleh Dr.DR.Burley Georgia. Metode ini memiliki banyak keuntungan dibandingkan metode casting lainnya. Pertama, dalam metode ini tidak perlu untuk mengikat tali di sekitar tanduk atau leher. Tali hanya melewati sekitar tubuh hewan yang memakan waktu singkat. Kedua, metode ini tidak memberikan tekanan pada dada dan dengan demikian tidak mengganggu kinerja dari jantung dan paru-paru. Ketiga, itu tidak membahayakan organ genital sapi atau pembuluh mammae sapi. Dengan menahan kedua kaki belakang, dapat diikat dengan ujung tali casting.

Menarik tali pada bagian ujung untuk merobohkan sapi. Penarik bisa saja mengontrol arah jatuhnya sapi dengan menarik tali pada satu sisi, sehingga sapi terjatuh ke arah yang diinginkan.
Untuk mengikat kaki belakang, operator membuat kedua tali tetap terselip di sepanjang permukaan yang paling atas dari kaki belakang untuk fetlock tersebut. Penarik menekuk kaki bawah dan membuat setengah halangan sekitar fetlock tersebut.


Ujung dari tali dibawa mengelilingi kaki di atas hock, melewati mata kaki, dan kembali ke fetlock sehingga tali berbentuk seperti angka 8.




Untuk mengikat kaki depan dibutuhkan tali yang berat dan pendek atau diperlukan tali yang panjangnya kurang-lebih enam kaki. Salah satu ujung tali diikat di sekitar pastern dengan clove hitch meninggalkan ujung tali yang bebas yang panjangnya sekitar delapan inci. Kaki depan tertekuk dan ujung panjang tali dibawa ke depan dan melewati bawah tali utama turun dari withers.


Kabel ini melewati sekitar bagian depan kaki beberapa kali tertekuk dan diikat simpul reefer untuk ujung bebas pendek di pastern tersebut.


Hewan tersebut lalu digulingkan dan kaki belakangnya di sisi yang berlawanan diikat dengan ujung tali casting yang tadi. Hal tersebut juga dilakukan pada kaki depan, sehingga hewan tersebut kemudian benar-benar terkendali.

2.2.2.      Squeese methode
Merupakan metode standar casting untuk sapi. Membebankan pada titik-titik berat tubuh dari sapi. Langkah-langkah untuk cara ini adalah:


Membuat lingkaran di sekitar leher sapi menggunakan simpul bowline ditempatkan seperti yang ditunjukkan dalam gambar.



Lempar ujung tali di punggung ke sisi yang berlawanan


Mencapai bawah sapi, mengambilnya sebuah membawanya ke seluruh tubuh dan di bawah bagian berdiri tali dekat bowline untuk membentuk setengah halangan tepat di belakang bahu.



Dengan melempar akhir atas punggung sapi lagi, membuat setengah halangan lain hanya dalam dari ambing. Menarik tali akan memaksa sapi untuk berbaring.


KESIMPULAN

Sapi merupakan hewan ternak yang sering dijumpai dan secara umum banyak ditemukan di Indonesia. Beberapa jenis sapi seperti Sapi Bali yang memiliki keturunan Banteng, harus dikendalikan atau direstrain agar mudah dikendalikan. Restrain adalah menghalangi gerak atau aksi dari hewan sapi sehingga dapat menghindari atau mengurangi bahaya untuk dokter hewan, asisten maupun sapi itu sendiri. Jenis dari restrain terdiri dari 3 tipe dasar, yaitu sebagai berikut ; Restrain Perilaku (Behavioral Restraining), Restrain Kimia (Chemical Restraining), Restrain Fisik (Physical Restraining).
Selain restrain ada cara lain untuk mengendalikan sapi yaitu dengan casting. Casting adalah cara merebahkan hewan untuk tindakan medis dan pembedahan. Untuk casting pada sapi bisa menggunakan tali yang dililit kebagian ektremitas caudal dari arah punggung kemudian ke arah abdomen dan ditarik secara berlahan maka sapi akan rebah secara perlahan. Casting pada sapi terdapat dua metode, yaitu Burley Rope dan Squeese methode.


 DAFTAR PUSTAKA

Indarjulianto, S. Raharjo, Slamet. Widiyono, Irkham. 2011. Diagnosa Klinik Veteriner. Yogyakarta.

Tidak ada komentar: