PATOLOGI SISTEMIK VETERINER
GAMBARAN PATOLOGI
ANATOMI BRUCELLOSIS
OLEH :
Erena Hajar Kartika 1209005064
Agatha Serena Tobing 1209005066
R.A.C Noorputri A S 1209005067
Bianca Violanda Junus 1209005069
I Made Wira Diana Putra 1209005085
I. B. Agung Dimas Kusuma Darma 1209005087
DENPASAR
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini
tepat pada waktunya.
Paper
ini bertujuan membantu mahasiswa Kedokteran Hewan untuk lebih mendalami
dan mengetahui tentang Patologi Anatomi Brucellosis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesaian paper
ini.Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
menyempurnakan paper ini.Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Denpasar, 29 November
2014
Penulis
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... iv
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
1.3. Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi.......................................................................................................... 2
2.2. Epidemiologi................................................................................................. 2
2.3. Gejala Klinis.................................................................................................. 4
2.4. Patologi Anatomi.......................................................................................... 5
2.5. Diagnosa Banding ........................................................................................ 8
KESIMPULAN ................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 abortus pada sapi.................................................................................. 6
Gambar 2 lesi di testis domba yang disebabkan B.
Ovis...................................... 7
Gambar 3 epidimititis dan orchititis...................................................................... 7
Gambar 4 Orchitis pada anjing disebabkan B. Canis............................................ 8
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Brucellosis merupakan penyakit bakterial yang utamanya
menginfeksi sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi. Penyakit ini juga dapat menyerang
berbagai jenis hewan lainnya dan ditularkan ke manusia atau bersifat zoonosis. Pada hewan betina, penyakit ini menyebabkan
terjadinya
aborsi dan retensi plasenta, sedangkan pada jantan dapat menyebabkan orchitis
dan infeksi kelenjar aksesorius. Brucellosis pada manusia dikenal
sebagai undulant fever karena menyebabkan demam yang undulans atau naik-turun. Di Indonesia, Brucellosis paling
umum ditemukan pada ternak sapi dan sering dikenal sebagai penyakit Keluron
Menular.
Agen penyebab brucellosis pertama kali diisolasi oleh Bruce
pada tahun 1887 dari manusia. Pada saat itu bakteri temuannya
disebut Micrococcus melitensis, namun kemudian dikenal sebagai Brucella
melitensis. Pada tahun 1897, Bang dan Stribolt mengisolasi bakteri
serupa, yaitu Brucella abortus, dari sapi yang menderita penyakit Keluron
Menular. Meskipun tingkat kematian akibat brucellosis adalah kecil,
namun penyakit ini sangat penting secara ekonomi. Pada ternak secara umum, kerugian
yang paling nyata adalah aborsi, stillbirth, dan kemajiran, baik sementara
maupun permanen. Pada ternak perah, selain kegagalan kebuntingan penyakit ini
juga mengakibatkan penurunan produksi susu.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana Patologi Anatomi terhadap
penyakit Brucellosis pada hewan?
1.3. Tujuan
Mengetahui Patologi Anatomi
penyakit Brucellosis pada hewan
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1. Definisi
Brucellosis merupakan penyakit bakterial yang utamanya
menginfeksi sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi. Brucellosis
disebabkan oleh bakteri genus Brucella. Brucella merupakan bakteri gram negatif
berbentuk batang dengan panjang 0,5 – 2,0 mikron dan lebar 0,4 – 0,8 mikron.
Bakteri ini non-motil, tidak berspora, dan bersifat aerob. Brucella merupakan
parasit intraseluler fakultatif. Pada
lingkungan yang hangat dan lembab seperti di Indonesia, bakteri Brucella dapat
bertahan hingga berbulan-bulan di lingkungan. Brucella memiliki 2
jenis antigen, yaitu antigen M dan antigen A. Brucella melitensis memiliki
lebih banyak antigen M dibandingkan antigen A, sedangkan B. abortus dan B. suis
sebaliknya. Brucella mempunya antigen bersama (common antigen) dengan beberapa
bakteri lainnya seperti Campylobacter fetus dan Yersinia enterocolobacter.
2.2. Epidemiologi
a)
Inang
Brucellosis
umumnya menginfeksi sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi. Brucellosis pada
sapi dan kerbau utamanya disebabkan oleh Brucella abortus, namun infeksi oleh
B. suis dan B melitensis juga kadang dapat ditemukan. Pada babi, brucellosis
disebabkan oleh Brucella suis. Brucellosis pada kambing dan domba disebabkan
oleh B. melitensis dan B. ovis, sedangkan pada kuda oleh B. abortus dan B.
suis. Pada anjing, brucellosis utamanya disebabkan oleh B. canis, bila
ditemukan infeksi oleh B. abortus, B. suis, atau B. melitensis maka hal
tersebut umumnya berkaitan dengan adanya infeksi brucellosis pada ternak di
sekitarnya.
b)
Cara penularan
Brucellosis ditularkan melalui ingesti bakteri
yang terdapat dalam susu, fetus abortus, membran fetus, dan cairan uterus atau
kopulasi dan inseminasi buatan. Pada sapi jantan, bakteri ini dapat ditemukan
dalam semen yang dihasilkan. Pada domba, brucellosis juga diketahui dapat ditularkan antar domba
jantan melalui kontak langsung. Infeksi biasanya tahan lama pada domba jantan
dan B. ovis akan diekskresikan dalam persentasi yang tinggi secara intermiten
selama kira-kira 4 tahun. Brucellosis dapat ditularkan ke manusia melalui konsumsi susu segar dan
produk susu dari hewan yang terinfeksi atau kontak langsung dengan sekresi,
ekskresi, dan bagian tubuh hewan yang terinfeksi, seperti jaringan, darah,
urin, cairan vagina, fetus abortus, dan plasenta.
c)
Kejadian di dunia dan Indonesia
Brucellosis tersebar secara luas di seluruh
dunia. Sebagian besar negara maju sudah berhasil mengendalikan penyakit pada
ternak dan hewan kesayangan, namun masih kesulitan mengeradikasi brucellosis
pada populasi satwa liar. Hanya ada satu negara yang berhasil membebaskan diri dari brucellosis,
yaitu Irlandia pada Juli 2009. Brucellosis pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1953. Sejak
itu reaktor brucellosis telah ditemukan secara luas di pulau-pulau besar di
Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Pulau Timor,
kecuali Bali.
Pada tahun 2002, pulau Bali dinyatakan bebas
historis penyakit brucellosis melalui Keputusan Menteri Pertanian No.
443/Kpts/TN.540/7/2002, sementara pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat,
dinyatakan bebas penyakit brucellosis melalui program pemberantasan dalam
Keputusan Menteri Pertanian No. 444/Kpts/TN.540/7/2002.
Di tahun 2009, Provinsi Sumatera Barat, Riau,
Jambi, dan Kepulauan Riau dinyatakan bebas dari penyakit brucellosis pada sapi
dan kerbau melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 2541/Kpts/PD.610/6/2009 dan
pulau Kalimantan juga dinyatakan bebas dari penyakit brucellosis pada sapi dan kerbau melalui Keputusan Menteri
Pertanian No. 2540/Kpts/PD.610/6/2009.
d)
Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko penyebaran brucellosis
adalah pemasukan hewan terinfeksi atau carrier ke dalam peternakan, lingkungan,
kandang, dan peralatan yang teinfeksi, serta manusia.
2.3. Gejala Klinis
a)
Sapi
Aborsi adalah
adalah gejala utama brucellosis pada sapi betina. Infeksi juga dapat
menyebabkan kelahiran pedet yang lemah (stillbirth), retensi plasenta, dan
penurunan produksi susu. Pada sapi jantan, infeksi dapat terjadi pada vesikula,
ampula, testis dan epididimis. Testis
juga dapat mengalami abses. Infeksi
yang menahun dapat mengakibatkan terjadinya arthritis.
b)
Domba dan Kambing
Infeksi
brucellosis pada kambing dan infeksi B. melitensis pada domba menyebabkan
gejala yang mirip dengan sapi. Namun, infeksi B. ovis menghasilkan gejala
penyakit yang spesifik untuk domba, hewan jantan akan menderita epididimitis
dan orchitis yang akan sangat mempengaruhi fertilitasnya. Pada hewan betina,
penyakit ini biasanya menyebabkan aborsi pada kebuntingan umur 4 bulan. Selain itu dapat juga
ditemukan placentitis serta kematian perinatal. Pada pejantan, kelainan
pertama yang mungkin terdeteksi adalah penurunan kualitas semen yang
dihasilkan, dimana banyak terkandung sel-sel radang dan mikroorganisme. Kambing jantan dapat
menderita arthritis dan orchitis.
c)
Anjing
Gejala
utama adalah aborsi pada trimester terakhir kebuntingan yang biasanya diikuti
dengan keluarnya cairan dari vagina yang berkepanjangan. Anjing yang terinfeksi dapat mengalami
limfadenitis dan pada jantan seringkali terjadi pula epididimitis,
periorchitis, dan rostatitis.
d)
Babi
Gejala
klinis brucellosis pada babi mirip dengan gejala pada sapi dan kambing. Gejala yang umum muncul adalah aborsi,
sterilitas sementara atau permanen, orchitis, kepincangan, paralisis posterior,
spondylities, dan terkadang dapat juga terjadi metritis dan pembentukan abses
pada ekstrimitas atau bagian lain dari tubuh. Kejadian aborsi dapat berkisar antara 0 – 80% dan
dapat terjadi pada awal kebuntingan sehingga tidak terdeteksi. Hewan yang
demikian akan segera kembali ke siklus estrusnya. Timbulnya sterilitas adalah
umum dan itu dapat menjadi satu-satunya gejala klinis yang timbul. Oleh karena
itu, bila ada sterilitas dalam sekelompok hewan maka brucellosis akan menjadi
kecurigaan utama.
e)
Kuda
Pada
kuda, gejala utama yang paling umum ditemukan adalah bursitis suppuratif.
Keadaan ini dikenal juga sebagai fistulous withers atau poll evil. Terkadang,
aborsi juga dapat ditemukan.
2.4. Patologi Anatomi
a)
Sapi
Gambar 1 abortus pada sapi
Fetus aborsi dapat tampak normal, mengalami autolisis, atau oedema
subkutan dan cairan serosanguineus dalam rongga tubuhnya. Limpa dan/atau
hati dapat mengalami pembesaran dan pada paru-paru dapat ditemukan pneumonia
dan pleuritis fibrous. Kejadian aborsi fetus pada betina terinfeksi umumnya disertai dengan
plasentitis, dimana kotiledon dapat tampak merah, kuning, normal, atau nekrotik. Daerah
interkotiledon dapat tampak basah dengan penebalan fokal. Dapat juga
ditemukan eksudat pada permukaannya.
Lesio purulen hingga granulomatosa dapat ditemukan pada saluran
reproduksi jantan maupun betina, kelenjar mamae, limfonodus supramamari,
jaringan limfoid lainnya, tulang, sendi, serta jaringan dan organ lain.
Endometritis ringan hingga berat dapat ditemukan setelah kejadian aborsi dan
pada hewan jantan dapat ditemukan epididimitis dan/atau orchitis unilateral
atau bilateral. Higroma juga dapat ditemukan pada sendi karpalis, lutut, tarsalis,
serta antara ligamentum nuchae dan os vertebrae thoracic pertama.
b) Domba
Gambar 2
lesi di testis domba yang disebabkan B. ovis
Manifestasi utama penyakit pada jantan adalah lesio pada epididimis,
tunika dan testis.Pada betina utamanya terjadi placentitis dan aborsi, selain
itu dapat juga terjadi mortalitas perinatal pada anak domba. Lesio dapat
terbentuk dengan cepat. Pembesaran epididimis dapat bersifat unilateral atau
bilateral.Pembesaran lebih sering terjadi pada cauda epididimis dibandingkan
caput atau corpus dan lesio yang paling jelas adalah terbentuknya spermatocele
dengan berbagai ukuran yang mengandung cairan spermatik.Seringkali tunika
menebal dan menjadi fibrous serta mengalami pelekatan.Testis dapat mengalami
atropi fibrous, lesi yang demikian umumnya bersifat permanen.Dalam beberapa
kasus, lesionya bersifat sangat jelas, namun ada juga kasus-kasus dimana
bakterinya ada dalam semen dalam jangka waktu yang lama tanpa menunjukkan
gejala klinis.Karena tidak semua pejantan terinfeksi mempunyai kelainan jelas
pada jaringan scrotalnya dan tidak semua kasus epididimitis adalah karena brucellosis,
maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
c) Kambing
Gambar 3 epidimititis dan orchititis
Pada jantan dapat ditemukan epididimitis dan orchitis.Dapat
ditemukan pembesaran epididimis unilateral atau bilateral dengan bagian kauda
lebih sering mengalami kelainan dibandingkan kaput atau korpus.Dalam testis
dapat terjadi atrofi fibrous.Tunika vaginalis menebal dan fibrous dan dapat
terjadi perlekatan.Pada betina terinfeksi terkadang dapat ditemukan
plasentitis.
d) Anjing
Gambar 4 Orchitis pada anjing disebabkan B. canis
Fetus aborsi seringkali ditemukan mengalami autolisis sebagian dan
memiliki tanda-tanda infeksi bakterial secara umum.Lesio pada fetus dapat
berupa oedema subkutan, kongesti dan hemoragi subkutan pada daerah abdominal,
cairan periotneal serosanguineus, dan lesio degeneratif pada hati, limpa,
ginjal, dan usus.Pada anjing dewasa umumnya ditemukan pembesaran limfonodus,
seringkali pada limfonodus retrofaringeal dan inguinal, namun limfadenitis
secara umum juga dapat terjadi.Limpa seringkali ditemukan membengkak dan dapat
memiliki konsistensi yang padat dan nodular.Dapat juga ditemukan hepatomegali.Pada
jantan terinfeksi dapat ditemukan pula oedema scrotalis, dermatitis scrotalis,
epididimitis, orchitis, prostatitis, atrofi testis, dan fibrosis testis.Pada
betina dapat ditemukan metritis dan eksudat dari vagina.Pada beberapa kasus
dapat juga ditemukan diskospondilitis, meningitis, ensephalitis fokal
non-suppuratif, osteomyelitis, uveitis, dan abses dalam berbagai organ dalam.
2.5. Diagnosa Banding
a)
Sapi
Diagnosa banding brucellosis pada sapi adalah penyakit lain yang
dapat menyebabkan aborsi atau epididimitis dan orchitis, seperti
trichomoniasis, vibriosis, leptospirosis, listeriosis, infectious bovine
rhinotracheitis dan mikosis.
b)
Domba dan Kambing
Diagnosa banding brucellosis pada kambing dan domba adalah penyakit
lain yang dapat menyebabkan aborsi pada ruminansia kecil, terutama chlamydiosis
dan coxiellosis atau penyakit lain yang dapat menyebabkan epididimitis dan
orchitis, seperti Actinobacillus seminis, A. actinomycetemcomitans, Histophilus
ovis, Haemophilus spp., Corynebacterium pseudotuberculosis ovis, dan
Chlamydophila abortus. Lesio akibat trauma juga perlu dipertimbangkan.
c)
Anjing
Diagnosa banding brucellosis pada anjing diantaranya beta-hemolytic
streptococci, Escherichia coli, Mycoplasma, Ureaplasma, Streptomyces,
Salmonella, Campylobacter, canine herpesvirus, Neospora caninum dan Toxoplasma
gondii.
d)
Babi
Diagnosa banding brucellosis pada babi adalah penyakit lain yang
menyebabkan aborsi, orchitis, arthritis, paralisis posterior, dan kepincangan.
Aborsi di babi dapat juga disebabkan oleh Aujeszky’s disease (pseudorabies),
leptospirosis, erysipelas, salmonellosis, streptococcidiosis, classical swine
fever and porcine parvovirus infection.
KESIMPULAN
Brucellosis merupakan penyakit bakterial yang utamanya
menginfeksi sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi. Penyakit ini juga dapat menyerang
berbagai jenis hewan lainnya dan ditularkan ke manusia atau bersifat zoonosis. Pada hewan betina, penyakit ini menyebabkan
terjadinya
aborsi dan retensi plasenta, sedangkan pada jantan dapat menyebabkan orchitis
dan infeksi kelenjar aksesorius. Brucellosis pada manusia dikenal
sebagai undulant fever karena menyebabkan demam yang undulans atau naik-turun. Di Indonesia, Brucellosis paling
umum ditemukan pada ternak sapi dan sering dikenal sebagai penyakit Keluron
Menular.
Brucellosis ditularkan melalui ingesti bakteri yang terdapat dalam susu,
fetus abortus, membran fetus, dan cairan uterus atau kopulasi dan inseminasi
buatan. Pada sapi jantan, bakteri ini dapat ditemukan dalam semen yang
dihasilkan. Pada domba, brucellosis juga diketahui dapat ditularkan antar domba
jantan melalui kontak langsung. Infeksi biasanya tahan lama pada domba jantan
dan B. ovis akan diekskresikan dalam persentasi yang tinggi secara intermiten
selama kira-kira 4 tahun. Brucellosis dapat ditularkan ke manusia melalui konsumsi susu segar dan
produk susu dari hewan yang terinfeksi atau kontak langsung dengan sekresi,
ekskresi, dan bagian tubuh hewan yang terinfeksi, seperti jaringan, darah,
urin, cairan vagina, fetus abortus, dan plasenta.
DAFTAR
PUSTAKA
Center for Food Security and Public Health (CFSPH), Insititute for
Interational Cooperation in Animal Biologics (IICAB), World Animal Health
Organizatino (OIE), 2007. Brucellosis [Online] http://www.cfsph.iastate. edu/Factsheets/pdfs/brucellosis.pdf.
Direktorat Kesehatan Hewan. 2004. Kebijakan Pemerintah Dalam
Pemberantasan Brucellosis di Indonesia Khususnya Pulau Jawa. Disampaikan pada
Pertemuan Evaluasi Pemberantasan Brucellosis di Surabaya 10-11 Desember 2004.
Food and Agriculture Organization (FAO). 2010. Surveillance of
Porcine Brucellosis [Online] http://www.fao.org/docrep/006/y4723e/y4723e09.htm.
Merck Veterinary Manual. 2008. Brucellosis in Dogs: Introduction
[Online] http://www.merckvetmanual.com/mvm/index.jsp?cfile=htm/bc/112200.htm.
Merck Veterinary Manual. 2008. Brucellosis in Large Animals [Online]
http://www.merckvetmanual.com/mvm/index.jsp?cfile=htm/bc/toc_110500.htm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar