Rabu, 03 Desember 2014

GAMBARAN PATOLOGI ANATOMI BRUCELLOSIS

PATOLOGI SISTEMIK VETERINER
GAMBARAN PATOLOGI ANATOMI BRUCELLOSIS











OLEH :
Erena Hajar Kartika                                        1209005064
Agatha Serena Tobing                                    1209005066
R.A.C Noorputri A S                                      1209005067
Bianca Violanda Junus                                   1209005069
I Made Wira Diana Putra                                1209005085
I. B. Agung Dimas Kusuma Darma                1209005087




DENPASAR
2014



KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya.
Paper  ini bertujuan membantu mahasiswa Kedokteran Hewan untuk lebih mendalami dan mengetahui tentang Patologi Anatomi Brucellosis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesaian paper ini.Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan paper ini.Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

                                               

Denpasar, 29 November 2014


Penulis




DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
1.3. Tujuan ............................................................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.   Definisi.......................................................................................................... 2
2.2.   Epidemiologi................................................................................................. 2
2.3.   Gejala Klinis.................................................................................................. 4
2.4.   Patologi Anatomi.......................................................................................... 5
2.5.   Diagnosa Banding ........................................................................................ 8
KESIMPULAN ................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 11



DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 abortus pada sapi.................................................................................. 6
Gambar 2 lesi di testis domba yang disebabkan B. Ovis...................................... 7
Gambar 3 epidimititis dan orchititis...................................................................... 7
Gambar 4 Orchitis pada anjing disebabkan B. Canis............................................ 8






BAB I

PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Brucellosis merupakan penyakit bakterial yang utamanya menginfeksi sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi. Penyakit ini juga dapat menyerang berbagai jenis hewan lainnya dan ditularkan ke manusia atau bersifat zoonosis. Pada hewan betina, penyakit ini menyebabkan terjadinya aborsi dan retensi plasenta, sedangkan pada jantan dapat menyebabkan orchitis dan infeksi kelenjar aksesorius. Brucellosis pada manusia dikenal sebagai undulant fever karena menyebabkan demam yang undulans atau naik-turun. Di Indonesia, Brucellosis paling umum ditemukan pada ternak sapi dan sering dikenal sebagai penyakit Keluron Menular.
Agen penyebab brucellosis pertama kali diisolasi oleh Bruce pada tahun 1887 dari manusia. Pada saat itu bakteri temuannya disebut Micrococcus melitensis, namun kemudian dikenal sebagai Brucella melitensis. Pada tahun 1897, Bang dan Stribolt mengisolasi bakteri serupa, yaitu Brucella abortus, dari sapi yang menderita penyakit Keluron Menular. Meskipun tingkat kematian akibat brucellosis adalah kecil, namun penyakit ini sangat penting secara ekonomi. Pada ternak secara umum, kerugian yang paling nyata adalah aborsi, stillbirth, dan kemajiran, baik sementara maupun permanen. Pada ternak perah, selain kegagalan kebuntingan penyakit ini juga mengakibatkan penurunan produksi susu.

1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana Patologi Anatomi terhadap penyakit Brucellosis pada hewan?

1.3. Tujuan
Mengetahui Patologi Anatomi penyakit Brucellosis pada hewan




BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1. Definisi
Brucellosis merupakan penyakit bakterial yang utamanya menginfeksi sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi. Brucellosis disebabkan oleh bakteri genus Brucella. Brucella merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang dengan panjang 0,5 – 2,0 mikron dan lebar 0,4 – 0,8 mikron. Bakteri ini non-motil, tidak berspora, dan bersifat aerob. Brucella merupakan parasit intraseluler fakultatif. Pada lingkungan yang hangat dan lembab seperti di Indonesia, bakteri Brucella dapat bertahan hingga berbulan-bulan di lingkungan. Brucella memiliki 2 jenis antigen, yaitu antigen M dan antigen A. Brucella melitensis memiliki lebih banyak antigen M dibandingkan antigen A, sedangkan B. abortus dan B. suis sebaliknya. Brucella mempunya antigen bersama (common antigen) dengan beberapa bakteri lainnya seperti Campylobacter fetus dan Yersinia enterocolobacter.

2.2. Epidemiologi
a)    Inang
Brucellosis umumnya menginfeksi sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi. Brucellosis pada sapi dan kerbau utamanya disebabkan oleh Brucella abortus, namun infeksi oleh B. suis dan B melitensis juga kadang dapat ditemukan. Pada babi, brucellosis disebabkan oleh Brucella suis. Brucellosis pada kambing dan domba disebabkan oleh B. melitensis dan B. ovis, sedangkan pada kuda oleh B. abortus dan B. suis. Pada anjing, brucellosis utamanya disebabkan oleh B. canis, bila ditemukan infeksi oleh B. abortus, B. suis, atau B. melitensis maka hal tersebut umumnya berkaitan dengan adanya infeksi brucellosis pada ternak di sekitarnya.
b)   Cara penularan
Brucellosis ditularkan melalui ingesti bakteri yang terdapat dalam susu, fetus abortus, membran fetus, dan cairan uterus atau kopulasi dan inseminasi buatan. Pada sapi jantan, bakteri ini dapat ditemukan dalam semen yang dihasilkan. Pada domba, brucellosis juga diketahui dapat ditularkan antar domba jantan melalui kontak langsung. Infeksi biasanya tahan lama pada domba jantan dan B. ovis akan diekskresikan dalam persentasi yang tinggi secara intermiten selama kira-kira 4 tahun. Brucellosis dapat ditularkan ke manusia melalui konsumsi susu segar dan produk susu dari hewan yang terinfeksi atau kontak langsung dengan sekresi, ekskresi, dan bagian tubuh hewan yang terinfeksi, seperti jaringan, darah, urin, cairan vagina, fetus abortus, dan plasenta.
 
c)    Kejadian di dunia dan Indonesia
Brucellosis tersebar secara luas di seluruh dunia. Sebagian besar negara maju sudah berhasil mengendalikan penyakit pada ternak dan hewan kesayangan, namun masih kesulitan mengeradikasi brucellosis pada populasi satwa liar. Hanya ada satu negara yang berhasil membebaskan diri dari brucellosis, yaitu Irlandia pada Juli 2009. Brucellosis pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1953. Sejak itu reaktor brucellosis telah ditemukan secara luas di pulau-pulau besar di Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Pulau Timor, kecuali Bali.
Pada tahun 2002, pulau Bali dinyatakan bebas historis penyakit brucellosis melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 443/Kpts/TN.540/7/2002, sementara pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dinyatakan bebas penyakit brucellosis melalui program pemberantasan dalam Keputusan Menteri Pertanian No. 444/Kpts/TN.540/7/2002.
Di tahun 2009, Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, dan Kepulauan Riau dinyatakan bebas dari penyakit brucellosis pada sapi dan kerbau melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 2541/Kpts/PD.610/6/2009 dan pulau Kalimantan juga dinyatakan bebas dari penyakit brucellosis pada sapi dan kerbau melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 2540/Kpts/PD.610/6/2009.

d)   Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko penyebaran brucellosis adalah pemasukan hewan terinfeksi atau carrier ke dalam peternakan, lingkungan, kandang, dan peralatan yang teinfeksi, serta manusia.

2.3. Gejala Klinis
a)      Sapi
Aborsi adalah adalah gejala utama brucellosis pada sapi betina. Infeksi juga dapat menyebabkan kelahiran pedet yang lemah (stillbirth), retensi plasenta, dan penurunan produksi susu. Pada sapi jantan, infeksi dapat terjadi pada vesikula, ampula, testis dan epididimis. Testis juga dapat mengalami abses. Infeksi yang menahun dapat mengakibatkan terjadinya arthritis.

b)      Domba dan Kambing
Infeksi brucellosis pada kambing dan infeksi B. melitensis pada domba menyebabkan gejala yang mirip dengan sapi. Namun, infeksi B. ovis menghasilkan gejala penyakit yang spesifik untuk domba, hewan jantan akan menderita epididimitis dan orchitis yang akan sangat mempengaruhi fertilitasnya. Pada hewan betina, penyakit ini biasanya menyebabkan aborsi pada kebuntingan umur 4 bulan. Selain itu dapat juga ditemukan placentitis serta kematian perinatal. Pada pejantan, kelainan pertama yang mungkin terdeteksi adalah penurunan kualitas semen yang dihasilkan, dimana banyak terkandung sel-sel radang dan mikroorganisme. Kambing jantan dapat menderita arthritis dan orchitis.

c)      Anjing
Gejala utama adalah aborsi pada trimester terakhir kebuntingan yang biasanya diikuti dengan keluarnya cairan dari vagina yang berkepanjangan. Anjing yang terinfeksi dapat mengalami limfadenitis dan pada jantan seringkali terjadi pula epididimitis, periorchitis, dan rostatitis.

d)     Babi
Gejala klinis brucellosis pada babi mirip dengan gejala pada sapi dan kambing. Gejala yang umum muncul adalah aborsi, sterilitas sementara atau permanen, orchitis, kepincangan, paralisis posterior, spondylities, dan terkadang dapat juga terjadi metritis dan pembentukan abses pada ekstrimitas atau bagian lain dari tubuh. Kejadian aborsi dapat berkisar antara 0 – 80% dan dapat terjadi pada awal kebuntingan sehingga tidak terdeteksi. Hewan yang demikian akan segera kembali ke siklus estrusnya. Timbulnya sterilitas adalah umum dan itu dapat menjadi satu-satunya gejala klinis yang timbul. Oleh karena itu, bila ada sterilitas dalam sekelompok hewan maka brucellosis akan menjadi kecurigaan utama.

e)      Kuda
Pada kuda, gejala utama yang paling umum ditemukan adalah bursitis suppuratif. Keadaan ini dikenal juga sebagai fistulous withers atau poll evil. Terkadang, aborsi juga dapat ditemukan.

2.4. Patologi Anatomi
a)      Sapi


Gambar 1 abortus pada sapi
Fetus aborsi dapat tampak normal, mengalami autolisis, atau oedema subkutan dan cairan serosanguineus dalam rongga tubuhnya. Limpa dan/atau hati dapat mengalami pembesaran dan pada paru-paru dapat ditemukan pneumonia dan pleuritis fibrous. Kejadian aborsi fetus pada betina terinfeksi umumnya disertai dengan plasentitis, dimana kotiledon dapat tampak merah, kuning, normal, atau nekrotik. Daerah interkotiledon dapat tampak basah dengan penebalan fokal. Dapat juga ditemukan eksudat pada permukaannya.
Lesio purulen hingga granulomatosa dapat ditemukan pada saluran reproduksi jantan maupun betina, kelenjar mamae, limfonodus supramamari, jaringan limfoid lainnya, tulang, sendi, serta jaringan dan organ lain. Endometritis ringan hingga berat dapat ditemukan setelah kejadian aborsi dan pada hewan jantan dapat ditemukan epididimitis dan/atau orchitis unilateral atau bilateral. Higroma juga dapat ditemukan pada sendi karpalis, lutut, tarsalis, serta antara ligamentum nuchae dan os vertebrae thoracic pertama.




b)     Domba

Gambar 2 lesi di testis domba yang disebabkan B. ovis
Manifestasi utama penyakit pada jantan adalah lesio pada epididimis, tunika dan testis.Pada betina utamanya terjadi placentitis dan aborsi, selain itu dapat juga terjadi mortalitas perinatal pada anak domba. Lesio dapat terbentuk dengan cepat. Pembesaran epididimis dapat bersifat unilateral atau bilateral.Pembesaran lebih sering terjadi pada cauda epididimis dibandingkan caput atau corpus dan lesio yang paling jelas adalah terbentuknya spermatocele dengan berbagai ukuran yang mengandung cairan spermatik.Seringkali tunika menebal dan menjadi fibrous serta mengalami pelekatan.Testis dapat mengalami atropi fibrous, lesi yang demikian umumnya bersifat permanen.Dalam beberapa kasus, lesionya bersifat sangat jelas, namun ada juga kasus-kasus dimana bakterinya ada dalam semen dalam jangka waktu yang lama tanpa menunjukkan gejala klinis.Karena tidak semua pejantan terinfeksi mempunyai kelainan jelas pada jaringan scrotalnya dan tidak semua kasus epididimitis adalah karena brucellosis, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

c)     Kambing

Gambar 3 epidimititis dan orchititis
Pada jantan dapat ditemukan epididimitis dan orchitis.Dapat ditemukan pembesaran epididimis unilateral atau bilateral dengan bagian kauda lebih sering mengalami kelainan dibandingkan kaput atau korpus.Dalam testis dapat terjadi atrofi fibrous.Tunika vaginalis menebal dan fibrous dan dapat terjadi perlekatan.Pada betina terinfeksi terkadang dapat ditemukan plasentitis.

d)    Anjing

Gambar 4 Orchitis pada anjing disebabkan B. canis
Fetus aborsi seringkali ditemukan mengalami autolisis sebagian dan memiliki tanda-tanda infeksi bakterial secara umum.Lesio pada fetus dapat berupa oedema subkutan, kongesti dan hemoragi subkutan pada daerah abdominal, cairan periotneal serosanguineus, dan lesio degeneratif pada hati, limpa, ginjal, dan usus.Pada anjing dewasa umumnya ditemukan pembesaran limfonodus, seringkali pada limfonodus retrofaringeal dan inguinal, namun limfadenitis secara umum juga dapat terjadi.Limpa seringkali ditemukan membengkak dan dapat memiliki konsistensi yang padat dan nodular.Dapat juga ditemukan hepatomegali.Pada jantan terinfeksi dapat ditemukan pula oedema scrotalis, dermatitis scrotalis, epididimitis, orchitis, prostatitis, atrofi testis, dan fibrosis testis.Pada betina dapat ditemukan metritis dan eksudat dari vagina.Pada beberapa kasus dapat juga ditemukan diskospondilitis, meningitis, ensephalitis fokal non-suppuratif, osteomyelitis, uveitis, dan abses dalam berbagai organ dalam.

2.5. Diagnosa Banding
a)      Sapi
Diagnosa banding brucellosis pada sapi adalah penyakit lain yang dapat menyebabkan aborsi atau epididimitis dan orchitis, seperti trichomoniasis, vibriosis, leptospirosis, listeriosis, infectious bovine rhinotracheitis dan mikosis.

b)      Domba dan Kambing
Diagnosa banding brucellosis pada kambing dan domba adalah penyakit lain yang dapat menyebabkan aborsi pada ruminansia kecil, terutama chlamydiosis dan coxiellosis atau penyakit lain yang dapat menyebabkan epididimitis dan orchitis, seperti Actinobacillus seminis, A. actinomycetemcomitans, Histophilus ovis, Haemophilus spp., Corynebacterium pseudotuberculosis ovis, dan Chlamydophila abortus. Lesio akibat trauma juga perlu dipertimbangkan.

c)      Anjing
Diagnosa banding brucellosis pada anjing diantaranya beta-hemolytic streptococci, Escherichia coli, Mycoplasma, Ureaplasma, Streptomyces, Salmonella, Campylobacter, canine herpesvirus, Neospora caninum dan Toxoplasma gondii.

d)     Babi
Diagnosa banding brucellosis pada babi adalah penyakit lain yang menyebabkan aborsi, orchitis, arthritis, paralisis posterior, dan kepincangan. Aborsi di babi dapat juga disebabkan oleh Aujeszky’s disease (pseudorabies), leptospirosis, erysipelas, salmonellosis, streptococcidiosis, classical swine fever and porcine parvovirus infection.



KESIMPULAN
Brucellosis merupakan penyakit bakterial yang utamanya menginfeksi sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi. Penyakit ini juga dapat menyerang berbagai jenis hewan lainnya dan ditularkan ke manusia atau bersifat zoonosis. Pada hewan betina, penyakit ini menyebabkan terjadinya aborsi dan retensi plasenta, sedangkan pada jantan dapat menyebabkan orchitis dan infeksi kelenjar aksesorius. Brucellosis pada manusia dikenal sebagai undulant fever karena menyebabkan demam yang undulans atau naik-turun. Di Indonesia, Brucellosis paling umum ditemukan pada ternak sapi dan sering dikenal sebagai penyakit Keluron Menular.
Brucellosis ditularkan melalui ingesti bakteri yang terdapat dalam susu, fetus abortus, membran fetus, dan cairan uterus atau kopulasi dan inseminasi buatan. Pada sapi jantan, bakteri ini dapat ditemukan dalam semen yang dihasilkan. Pada domba, brucellosis juga diketahui dapat ditularkan antar domba jantan melalui kontak langsung. Infeksi biasanya tahan lama pada domba jantan dan B. ovis akan diekskresikan dalam persentasi yang tinggi secara intermiten selama kira-kira 4 tahun. Brucellosis dapat ditularkan ke manusia melalui konsumsi susu segar dan produk susu dari hewan yang terinfeksi atau kontak langsung dengan sekresi, ekskresi, dan bagian tubuh hewan yang terinfeksi, seperti jaringan, darah, urin, cairan vagina, fetus abortus, dan plasenta.



DAFTAR PUSTAKA
Center for Food Security and Public Health (CFSPH), Insititute for Interational Cooperation in Animal Biologics (IICAB), World Animal Health Organizatino (OIE), 2007. Brucellosis [Online] http://www.cfsph.iastate. edu/Factsheets/pdfs/brucellosis.pdf.
Direktorat Kesehatan Hewan. 2004. Kebijakan Pemerintah Dalam Pemberantasan Brucellosis di Indonesia Khususnya Pulau Jawa. Disampaikan pada Pertemuan Evaluasi Pemberantasan Brucellosis di Surabaya 10-11 Desember 2004.
Food and Agriculture Organization (FAO). 2010. Surveillance of Porcine Brucellosis [Online] http://www.fao.org/docrep/006/y4723e/y4723e09.htm.
Merck Veterinary Manual. 2008. Brucellosis in Dogs: Introduction [Online] http://www.merckvetmanual.com/mvm/index.jsp?cfile=htm/bc/112200.htm.
Merck Veterinary Manual. 2008. Brucellosis in Large Animals [Online] http://www.merckvetmanual.com/mvm/index.jsp?cfile=htm/bc/toc_110500.htm.



Tidak ada komentar: